WASIOR – Warga Kabupaten Teluk Wondama kembali mengeluhkan harga BBM (bahan bakar minyak) yang melambung tinggi.
Di kota Wasior dan sekitarnya, rata-rata harga BBM jenis pertalite dilepas seharga 15 ribu perliter di tingkat pengecer.
Seolah mengikuti jarum jam, harga BBM juga ikut bergerak naik ketika memasuki malam. Semakin malam maka harga juga semakin tinggi bisa menembus 20 ribu perliter bahkan lebih.
Padahal Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor : 338/308/Bup-TW/2022 tertanggal 6 September tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Harga Eceran Nyata (HEN) BBM jenis pertalite dan biosolar.
Dalam SE itu telah ditetapkan HET BBM jenis pertalite di tingkat agen/SPBU Kompak sebesar 10.000 perliter dan biosolar sebesar 6.800 perliter. Sementara di tingkat pengecer atau subagen berlaku HEN sebesar 11.500 perliter.
“Kitorang punya BBM ini pagi hari dia punya harga 15 ribu, sore 20 ribu malam 30 ribu. Ini bagaimana sudah ini. Kasihan kami rakyat kecil ini, “ keluh Olipas Rumbobiar, warga kampung Wasior II saat mengikuti kegiatan di aula kantor distrik Wasior, baru-baru ini.
Rumbobiar mendesak Pemda melalui instansi terkait segera turun lapangan untuk menertibkan pengecer-pengecer yang secara terang-terang menjual BBM dengan harga jauh di atas HET dan HEN yang telah ditetapkan kepala daerah.
“Bapak-bapak pejabat dorang sudah lihat mereka (pengecer pinggir jalan) sudah tipu-tipu kenapa cuma lihat saja (tidak ditindak). Jadi kami minta harus lakukan pengawasan. Bila perlu yang begitu-begitu (pengecer nakal) dikasih sangsi, “tandas Rumbobiar.
Asisten Sekda Bidang Kesra Jemmy Suila menyatakan harga BBM yang tinggi menjadi salah satu pemicu kenaikan harga barang yang selanjutnya akan mendongkrak inflasi.
Tidak hanya pertalite, menurut Jemmy harga minyak tanah juga sudah melambung tinggi sehingga sangat memberatkan masyarakat.
Harga minyak tanah bahkan sudah mencapai 10 ribu hingga 12 ribu perliter.
Padahal harga normal hanya 6 ribu hingga 7 ribu perliter. Karena itu Jemmy berharap Dinas Perindagkop dan UMKM segera mengambil langkah untuk menertibkan pengecer yang menjual BBM melebihi harga yang telah ditetapkan.
“Jadi harap dinas teknis memperhatikan hal ini karena ini sudah jelas ada edaran bupati untuk kita taati, “ujar Jemmypada rapat koordinasi pengendalian inflasi di Gedung Sasana Karya di Isei, Jumat lalu.
“Kami harap pengawasan dan pengendalian diperkuat karena kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin menurun karena dianggap pemerintah tidak mampu,“ lanjut mantan Kabag Perekonomian Daerah itu.
Kepala Dinas Perindagkop dan UMKM Ekbertson Karubuy mengklaim pihaknya rutin melakukan pengawasan BBM.
Pengawasan dilakukan sejak pembongkaran/pengisian di pelabuhan setelah kapal tiba dari Manokwari sampai dengan penjualan di tingkat subagen maupun pengecer resmi.
Ekber menyebut penjualan pertalite seharga 15 ribu atau lebih bukan dilakukan oleh subagen maupun pengecer resmi melainkan pengecer liar atau penjual dadakan yang hanya mencari keuntungan semata.
“Yang terjadi kenaikan harga itu di luar pengecer resmi dan SPBU Kompak. Mereka membeli di pengecer kemudian dijual kembali itu yang harganya tinggi. Kalau di sub SPBU atau subagen dan pengecer resmi itu semuanya 11.500 perliter, “kata Ekber. (Nday)>