LUWU RAYA, Kabartimur.com – Umat Katolik di seluruh dunia mulai merayakan Rabu Abu sebagai tanda dimulainya Prapaskah (Puasa) dan pantangan puasa untuk menyongsong ‘Bangkitnya’ Yesus Kristus dari Kematian.
Di hari Rabu Abu 15 Februari 2023, umat Katolik akan menerima abu di dahi. Abu ini melambangkan penyesalan akan dosa dan tanda pertobatan. Di hari Rabu Abu pula, umat Katolik akan memulai masa berpantang dan berpuasa.
Masa pantang dan puasa ini dimulai di hari Rabu Abu selama 40 hari sampai Jumat Agung (Yesus Wafat).
Romo Yosef Doni Srisadono, MSC Pastor Paroki Stti Maryam Saluampak Kevikepan Tana Luwu Keuskupan Agung Makassar mengatakan bahwa, Pantang wajib dilakukan oleh orang yang sudah berusia di atas 14 tahun. Sedangkan puasa wajib dilakukan pada orang Katolik yang sudah berusia 18 tahun sampai 60 tahun.
Dan Puasa itu wajib untuk semua umat Katolik dilakukan pada Rabu Abu dan Jumat Agung (Wafat Yesus Kristus atau Nabi Isa Almasih). Namun diperbolehkan, jika ingin berpuasa selama 40 hari sampai Jumat Agung. Puasa berarti makan kenyang satu kali dalam hari itu.
Sedangkan pantang wajib dilakukan pada setiap Rabu Abu (mengingatkan mulai prapaskah) dan setiap hari Jumat selama masa Prapaskah sampai Jumat Agung (Wafatnya Yesus atau Nabi Isa Almasih). Pantang bisa dipilih sendiri sesuai kemampuan misalnya pantang daging, ikan, garam, jajan, atau rokok dan lain-lainnya. Namun sebaiknya hal yang dipantang adalah hal-hal yang disukai.
“Berpuasa dan berpantang itu bukan soal menahan marah dan lapar. Puasa itu tidak menahan,” sebut Romo Doni sapaan akrabnya.
“Kalau menahan berarti setelah berbuka puasa, maka Anda boleh marah dan boleh makan sepuasnya. Misalnya makan tiga kali, lalu karena puasa jadi makannya ditahan sampai jam buka lalu makan sebanyak tiga kali porsinya, dan Puasa itu bukan menahan, tapi mengurangi,” Jelasnya.
Pastor Doni mengungkapkan bahwa, ketika berpuasa selama 40 hari dan mengurangi berbagai macam dosa favorit atau dosa yang dilakukan setiap hari, maka puasa dan pantang yang dilakukan ini akan membantu mengembalikan diri menjadi anak-anak Tuhan. Puasa dan pantang disebut juga sebagai ‘mati raga’ dengan harapan bisa mematikan semua hal-hal buruk dalam raga (tubuh) manusia dan kembali suci usai peristiwa penyaliban dan kebangkitan Yesus saat Paskah sebagai lambang penebusan dosa.
“Pada akhirnya, ini akan mengurangi beban dosa yang selama ini dilakukan dan bertobat,” Ujarnya.
Puasa dan pantang, dikatakannya akan menjadi sebuah sarana diet, Puasa bukan cuma soal makanan dan menahan nafsu. Tapi puasa itu juga diet. Diet dari segala dosa dan ketika menjalankan perintah pantang dan puasa, umat Katolik juga diminta untuk tulus dan melakukannya untuk Tuhan, bukan untuk pamer Puasa.
Seperti tersirat dalam kitab perjanjian Baru Injil Matius 6:16-18.” Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Megasari/Yus)