WASIOR – Jalan masuk menuju kompleks Perkantoran Pemkab Teluk Wondama Papua Barat di Isei, Rabu sore dipalang masyarakat setempat. Akibatnya semua kendaraan yang akan keluar masuk kompleks pemda itu tidak bisa melintas.
Pemalangan ini buntut dari belum dibayarnya ganti rugi atas tanaman sagu milik masyarakat yang terkena gusuran untuk proyek normalisasi Kali/Sungai Rowi di Distrik Rasiei. Beruntung aksi itu dilakukan setelah jam dinas PNS usai sehingga tidak sampai melumpuhkan aktivitas perkantoran.
Pemkab Wondama melalui Bagian Administrasi Pertanahan Setda sedianya akan melakukan pembayaran kompensasi tanaman sagu milik warga pada Rabu siang di Gedung Sasana Karya. Tetapi warga merasa tidak puas dengan nilai kompensasi yang disiapkan Pemkab yakni Rp5 juta untuk setiap pemilik sagu.
Asisten Sekda Bidang Pemerintahan Jack Ayamiseba yang memimpin pertemuan menjelaskan, nilai yang dibayarkan Pemkab bukanlah ganti rugi tanaman melainkan imbalan atas kerelaan masyarakat mengorbankan tanaman sagunya untuk kepentingan umum.
Pasalnya, kata Ayamiseba, masyarakat sudah membuat pernyataan bersama bahwa tidak akan menuntut ganti rugi terhadap tanaman sagu maupun tanaman tumbuh lainnya yang terkena dampak dari kegiatan normalisasi sungai.
“Kita semua sudah sepakat waktu itu bahwa dana yang diberikan ini bukan ganti rugi. Kenapa, karena tidak ada landasan hukum bagi kami untuk bayar ganti rugi. Jadi ini adalah kebijakan Bupati sebagai penghargaan kepada masyarakat yang pohon sagunya digusur, “ kata Ayamiseba.
Namun sebagian besar warga tetap merasa nilai kompensasi yang disiapkan Pemkab terlalu kecil. Mereka juga mengklaim surat pernyataan tidak menuntut ganti rugi tanaman sagu hanya ditandatangani oleh sebagian orang saja. Tidak mewakili semua marga pemilik hak ulayat yang berjumlah 33 marga.
Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Distrik Wilayah Selatan dan Barat Adrian Worengga bahkan menuding Pemkab Wondama tidak punya empati dengan masyarakat adat. Terlebih karena sagu adalah pohon kehidupan bagi masyarakat lokal Wondama. Sagu merupakan sumber makanan utama orang Wondama sebagaimana sebagian besar orang asli Papua lainnya.
“Saya rasa menyesal sekali sagu dibayar 5 juta. Sampai sekarang ini orang Wondama masih makan sagu. Kenapa tidak pakai uang Otsus (otonomi khusus bayar sagu), “ tandas Worengga.
Pembayaran kompensasi untuk tanaman sagu di Kali Rowipun akhir urung dilakukan. Warga memilih pulang dan kemudian melampiaskan kekecawaan dengan memblokade jalan masuk kompleks perkantoran.
Hingga Rabu malam blokade jalan masih berlangsung. Warga menolak membuka palang dan menginginkan Bupati Bernadus Imburi datang bernegosiasi langsung dengan mereka. (Nday)