Safari Ramadan ke Wasior, Waterpauw Ajak Umat Islam Bantu Pemerintah Tuntaskan Stunting

WASIOR – Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw mengimbau para kyai, ustad maupun tokoh agama Islam lainnya di Kabupaten Teluk Wondama ikut berperan aktif membantu pemerintah menekan angka stunting maupun kemiskinan ekstrem.

“Kalau saudara-saudari melihat saudara-saudara orang asli Papua (OAP) di Wondama yang mungkin anak-anaknya kurang sehat, tolong informasikan kepada kami.

Karena kami pemerintah harus mengintervensi untuk menjaga sekaligus mengangkat kehidupan mereka, terutama anak-anak balita,” kata Waterpauw.

Hal itu disampaikan Waterpauw pada acara Safari Ramadan 1444 H yang digelar MUI Provinsi Papua Barat bersama Pemprov di Mushola Jabal Nur di Manggurai Wasior, Rabu (19/4/2023) petang.

Dalam kesempatan itu Pj Gubernur didampingi Ketua MUI Papua Barat H. Ahmad Nausrau, Wakapolda Papua Barat Brigjen Polisi Petrus Patrige Renwarin juga Kasdam XVIII/Kasuari Brigjen TNI Yusuf Ragainaga.

Baca Juga :   Dinas PUPR Papua Barat Jamin Wondama dapat Paket Jalan Lingkungan dan Air Bersih di 2021

Turut mendampingi mantan Wakil Gubernur Papua Barat selaku ketua LPTQ Mohamad Lakotani.

Juga hadir Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor bersama Wakil Bupati Andarias Kayukatuy, Kapolres AKBP Hari Sutanto dan Dandim 1811/Peradaban Letkol Inf Saheri.

Diketahui Provinsi Papua Barat merupakan satu dari lima provinsi di Indonesia dengan angka penderita stunting serta kemiskinan ekstrem tertinggi.

Di Kabupaten Teluk Wondama sendiri, data tahun 2022 menunjukkan masih terdapat 26,1 persen bayi dan balita yang dikategorikan stunting.

Karena itu Waterpauw berharap para pemuka agama  bisa menjadi corong dalam memberi penyadaran kepada masyarakat.

Terutama  agar memperhatikan tumbuh kembang anak melalui asupan makanan yang bergizi, pemberian ASI dan lainnya sehingga tidak mengalami kelainan dalam pertumbuhannya.

Termasuk pula mengimbau para generasi muda terutama remaja puteri agar menghindari menikah usia dini karena bisa berdampak buruk pada tumbuh kembang anak-anak mereka.

Baca Juga :   Perayaan Natal, Gubernur PB: Natal IKT Menjadi Contoh yang Baik Dalam Menerapkan Protokol Kesehatan

“Jadi dalam usia 16, 17 dan 18 (tahun) itu jangan menikah dulu. Kalau bisa sekolah dulu. Nanti setelah usia matang, 22, 23 tahun dan seterusnya itu baru boleh menikah.

Apalagi yang sudah bekerja. Sehingga punya tanggung jawab sosial terhadap anak mereka nanti, “pesan mantan Kapolda Papua Barat itu.

Teluk Wondama menjadi daerah yang terakhir yang dikunjungi tim Safari Ramadan 1444 H ke seluruh kabupaten di Papua Barat.

Kegiatan tersebut diharapkan menjadi momen untuk memperat tali silahturami antara tokoh agama bersama pemerintah dengan umat Islam di seluruh Papua Barat.

“Melalui momentum ini mari kita jaga ukhuwah Islamiyah kita, ukhuwah wataniyah kita, “ pesan Ketua MUI Papua Barat Ahmad Nausrau. (Nday)

 

 

 

 

Pos terkait