WASIOR – Sebanyak 73 ekor tukik atau anakan penyu dilepaskan ke laut di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), tepatnya di Pantai Wasasar, Pulau Roon Kabupaten Teluk Wondama, Jumat, 8 September 2023.
Pelepasan tukik dilakukan secara bersama-sama oleh Wakil Bupati Teluk Wondama Andarias Kayukatuy, Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo, Kepala Balai Besar TNTC Supartono serta para pengujung Festival Roon Wondama (FRW) 2023.
“Tujuan kita melepaskan anak penyu ini adalah salah satunya adalah untuk menyelamatkan populasi penyu. Yang mana penyu adalah jenis satwa yang dilindungi. Ini adalah satu motivasi kita, “kata Supartono.
Supartono menjelaskan tukik yang dilepaskan itu adalah jenis penyu hijau (Chelonia mydas) yang sudah terancam punah.
Puluhan tukik itu merupakan hasil pengembangbiakkan yang dilakukan oleh warga asli Pulau Roon yang bernama Adolof Wonenseba.
“Beliau juga merupakan kader konservasi dari TNTC yang menyelamatkan telur-telur penyu dan ditetaskan secara semialami. Salah satunya yang akan kita lepas. Dari awalnya 95 (telur) tapi yang menetas 73 ekor, “jelas Supartono.
Melalui pelepasan tukik itu diharapkan populasi penyu khususnya penyu hijau di kawasan TNTC di Teluk Wondama semakin bertambah.
Dan diharapkan pula semua pihak terutama masyarakat memiliki kesadaran bersama untuk menjaga penyu dari kepunahan.
“Kita doakan semoga 73 ekor ini bisa berkembang di habitat alaminya dan bisa kembali lagi ke sini tapi sudah besar dan bisa berkembang biak lagi di Teluk Wondama, “ucap Supartono.
Ditemui usai pelepasan tukik, Olof membenarkan tukik yang dilepaskan di Pantai Wasasar merupakan hasil pengembangbiakan yang dilakukan oleh dirinya di kampung Yende, Distrik Roon.
Tukik yang dilepaskan itu sudah berusia dua bulan. Diketahui telur penyu butuh lima bulan untuk menetas.
Olof mengaku mengambil telur penyu hijau di Pulau Kom, salah satu pulau di gugusan Kepulauan Auri Distrik Roon.
“Saat diambil telur sudah sekitar 1 bulan lebih. Diambil kemudian taruh dalam pasir di dalam ember dengan kedalaman 50 (50 cm) supaya sesuai dengan kondisi panas di alam, kalau lebih dia tidak bisa menetas, “ungkap Olof.
Olof lantas berbagi pengetahuan tentang cara mengambil dan menyimpan telur penyu agar bisa ditetaskan secara semialami di rumah.
“Kalau kita lihat dia (telur) sudah putih, itu berarti sudah lama. Kita lihat yang sudah (ada) peot-peot, itu dia punya mata. Jadi kita taruh harus yang peot ke atas karena itu matanya. Kalau ke bawah, nanti dia akan mati, “jelas ayah dua anak asal Desa Yende ini. (Nday)