MANOKWARI, Kabartimur.com- “Kerukunan umat beragama merupakan modal utama pembangunan di provinsi Papua barat.Papua barat merupakan rumah kita bersama, sesuai dengan visi dan misi provinsi Papua barat”.
Hal tersebut disampaikan oleh Penjabat gubernur Papua Barat, Komjen Pol (Purn) Drs Paulus Waterpau M.Si dalam sambutannya yang dibacakan oleh staff ahli Bidang kemasyarakatan dan SDM , Drs Mohammad A.Tawakal pada acara Semiloka perempuan lintas agama yang digelar oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provisni Papua Barat Guna merespon kekerasan berbasis gender di Papua Barat di hotel Fujita Manokwari , Kamis (4/8/2022).
Pihaknya mengajak semua pihak untuk tetap menjaga kerukunan di provinsi Papua barat, sebagai rumah bersama yang damai dari akar rumput sampai ke puncak ,dari sebuah rumah tangga yang harmonis dan bahagia yang akan menjadikan suatu bangsa menjadi kuat dan damai.
“Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai titik tolak untuk membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima dengan ketulusan hati yang penuh keikhlasan” ujarnya.
Kerukunan umat beragama merupakan modal utama pembangunan di provinsi Papua barat. Papua barat merupakan rumah kita bersama, sesuai dengan visi dan misi provinsi Papua barat.
Dalam kepemimpinan sebagai pemerintah provinsi Papua barat banyak program dan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kerukunan dan toleransi di Papua barat.
” Kepemimpinan terbawa dalam lingkungan adalah pada rumah tangga tetapi amat disayangkan bahwa banyak sekali pemimpin rumah tangga yang seharusnya memberikan kenyamanan harmonis dan penuh kasih sayang tetapi malah sebaliknya menjadi semena-mena terhadap anggota keluarganya tidak bisa kita menutup mata bahwa masih banyak di sekitar kita dalam etnis apapun” ungkapnya.
Dalam agama apapun masih ada yang melegalkan powernya sebagai pemimpin rumah tangga dan menjalankan biduk rumah tangga dengan tangan besi di sini patut disayangkan baik buah mayoritas yang menjadi korban adalah ibu dan anak-anak terutama anak perempuan baik secara fisik maupun secara verbal bahkan ada yang menjurus pada seksualitas ada banyak elemen yang melambungkan terus terjadinya kekerasan tersebut, diantaranya adalah agama melalui penafsiran terhadap kitab suci dan ajaran yang disampaikan kepada umat.
Dengan cara pandang yang patriakhal dan bias, teks-teks kitab suci justru digunakan untuk melegitimasi tindakan kekerasan yang dilakukan kepada perempuan dan mendorong ketundukan patuh perempuan kepada laki-laki.
Dalam konteks Indonesia yang majemuk, hal ini terjadi pada hampir semua agama, tidaknya Islam dan Kristen, yang merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia
Oleh sebab itu maka diperlukan adanya suatu ruang di mana para perempuan lintas iman di Papua barat dapat belajar bersama tentang bagaimana agama-agama telah turut melenggengkan kekerasan berbasis gender namun pada saat yang sama agama juga dapat menjadi alat advokasi penghapusan kekerasan berbasis gender.
“Saya sangat mengapresiasi setinggi-tingginya atas partisipasi FKUB provinsi Papua barat yang bisa menyajikan kegiatan sehebat ini untuk kita di Papua barat ini, karena untuk tetap mempertahankan kehidupan yang harmonis antar umat beragama kita awali adalah bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga dahulu, sekitar lingkungan kita barulah di SKUP yang lebih tinggi adalah di luar lingkungan tempat tinggal kita maka sebab itu saya mengajak bapak ibu peserta kegiatan SEMILOKA perempuan lintas agama yang berasal dari lima agama berbeda di Papua barat ini mari kita sinergi membangun kehidupan yang harmonis dan damai bagikan ilmu yang akan diberikan oleh para narasumber dan fasilitator yang akan membagikan ilmu bagaimana tentang kekerasan berbasis gender ini” harap Gubernur.
“Ingat bapak ibu ini adalah ladang ibadah kita menjadi penyampai suatu kebenaran untuk keharmonisan dan kedamaian” tandas Gubernur. (Red/VR)