Melihat Tradisi Buka Tutup Sasi Laut di Kampung Aisandami – Teluk Wondama, Cara Masyarakat Lokal Menjaga Kelestarian Sumber Daya Laut  

WASIOR, Kabartimur.com – Masyarakat Kampung Aisandami, Distrik Teluk Duairi Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Kamis, 5 Desember 2024 lalu melakukan upacara ‘buka sasi laut’.

Buka sasi laut merupakan ritual untuk menandai dibukanya kembali aktivitas mencari dan menangkap ikan serta biota laut lainnya di dalam wilayah tertentu yang telah disepakati untuk ditutup selama kurun waktu tertentu.

Tradisi buka dan tutup sasi laut atau juga dikenal dengan kadup merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat Papua – termasuk di Maluku–untuk membatasi aktivitas penangkapan ikan dan pengambilan sumber daya laut lainnya di suatu wilayah perairan tertentu untuk jangka waktu tertentu.

Sasi laut yang dilakukan masyarakat Kampung Aisandami mencakup wilayah seluas lebih dari 100 hektare di Teluk Numamuram yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC).

Pelarangan aktivitas pengambilan ikan serta biota laut lainnya di wilayah tersebut telah berlaku selama tiga tahun yang ditandai dengan prosesi tutup sasi pada 8 September 2021.

Awalnya dijadwalkan buka sasi laut dilakukan pada 9 September 2024 lalu. Namun karena ada beberapa kendala prosesi buka sasi baru dilaksanakan pada 5 Desember 2024.

Sasi laut dilakukan berdasarkan kesepakatan masyarakat bersama dengan pihak gereja juga pemerintah desa setempat. Siapapun yang kedapatan melanggar larangan dalam tradisi sasi akan mendapat sanksi adat juga diyakini akan mendapatkan karma dari Yang Maha Kuasa.

Baca Juga :   Golkar Ingin Jadi Kampiun Pileg di Tiga Dapil Teluk Wondama

Prosesi buka sasi laut diawali dengan doa syukur yang digelar di pinggir pantai oleh Sekretaris Klasis GKI Wondama Pendeta Leo Rumansara. Tokoh adat setempat Oktovianus Bosayor selaku pemilik hak ulayat kemudian melakukan ritual mencabut bambu adat yang ditancapkan ke laut.

Prosesi ini menandakan sasi atau kadup pada kawasan laut Selat Numamuram yang telah berlaku selama tiga tahun telah dicabut sehingga masyarakat setempat dapat kembali menangkap ikan maupun biota laut lainnya.

 “Sasi laut dibuka pada hari ini (5 Desember) dengan ketentuan hasil tangkapannya di bagi dua yaitu lima puluh persen dipersembahkan (untuk biaya) ke pembangunan Gereja Sion Aisandami dan lima puluh persen bagi nelayan yg menangkap, “jelas Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Teluk Wondama Tonci Sumuai.

Tonci mengapreasi inisiatif masyarakat Aisandami melindungi sumber daya laut di wilayah mereka melalui tradisi sasi. Pihaknya berharap tradisi sasi dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga ekosistem laut di kawasan TNTC.

“Kami mendukung penuh kegiatan seperti ini karena ini adalah bentuk konservasi lokal untuk menjaga kelestarian ekosistem di TNTC yang pada gilirannya bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam kawasan, “ kata Tonci melalui keterangan tertulis.

Kepala Distrik Teluk Duairi Kristian Yosep Manupapami juga menyampaikan apresiasi kepada masyarakat Kampung Aisandami yang terus menjaga tradisi sasi sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian lingkungan terutama sumber daya laut.      

Baca Juga :   Cegah COVID-19, Polres Wondama akan Gelar Patroli Halau Warga yang Masih Kumpul-kumpul

“Mewakili Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Wondama kami menyampaikan apresiasi yang luar biasa bagi tim sasi yang terdiri dari kelompok ekowisata Kampung Aisandami yang mana melakukan sasi ini untuk menjaga kelestarian lingkungan khususnya di laut, “kata Kristian.

Menurut Kristian, tradisi sasi laut mengajarkan masyarakat untuk bijak dalam memanfaatkan sumber daya laut demi keberlangsungan hidup masyarakat saat ini dan generasi-generasi mendatang.

“Menjaga kelestarian biota laut ini sebagai tabungan di alam untuk selanjutnya akan dikelola demi keberlangsungan hidup masyarakat, “ kata Kristian.

Dia berharap, meskipun telah dilakukan pembukaan sasi laut, para nelayan setempat tetap menerapkan prinsip sasi dalam melakukan aktivitas pengambilan hasil laut.

“Saya harapkan masyarakat tetap mematuhi rambu-rambu yang telah disepakati masyarakat dengan pihak gereja dan pemerintah kampung. Masyarakat tidak boleh ambil ikan maupun biota laut lainnya secara berlebihan,”

“Ada biota tertentu yang tidak boleh diambil. Juga harus lihat ukurannya. Ikan yang masih kecil tidak boleh diambil. Juga tidak boleh pakai alat-alat yang merusak supaya tidak menganggu perkembangbiakan biota laut, “ pesan Kristian.

Komandan Kodim (Dandim) 1811/Teluk Wondama Letkol Inf Budi Setiadi yang turut hadir memuji tradisi sasi laut yang dilakukan Kampung Aisandami. Menurut Dandim, tradisi sasi tidak hanya bagus untuk menjaga kelestarian ekosistem laut namun bisa menjadi atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan.   

Baca Juga :   Keliling 6 Distrik, Bupati dan Wabup Wondama Salurkan Beragam Bantuan ke Masyarakat

“Upacara buka sasi (buka dan tutup sasi) dapat dijadikan salah satu obyek pariwisata untuk menarik pengunjung datang ke Aisandami. Apalagi, kelompok ekowisata di kampung ini juga sudah menyiapkan berbagai paket wisata sehingga bisa digabung menjadi paket wisata yang menarik, “ kata Letkol Budi.

Sebagai bentuk dukungan, Dinas Perikanan Kabupaten Teluk Wondama menjanjikan akan membangun gudang berpendingin (cold storage) di Kampung Aisandami sebagai wadah penyimpanan ikan dan biota laut lainnya yang ditangkap dari hasil buka sasi laut.

“Kita rencana akan bangun cold storage mini di Teluk Duairi di tahun 2025 untuk menunjang para nelayan di Aisandami sehingga ikan-ikan bisa awet supaya bisa dijual dalam kualitas yang baik sehingga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di sini, “ kata Tonci.

           Turut hadir dalam prosesi buka sasi laut Kepala Dinas Sosial Kabupaten Teluk Wondama Musa Sapari, Perwakilan Balai Besar TNTC Maneref Siregar.

       Juga Sekretaris Dinas Pariwisata Teluk Wondama Diana L, Kepala Distrik Wasior Ickbal Marani, Kepala Distrik Wamesa Thobias Urus bersama para tokoh masyarakat dan tokoh adat setempat. (Nday)

Pos terkait