WASIOR – Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor memberi tantangan khusus kepada Yonatan Sembiring sebagai Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahragga (DPPO) yang baru dilantik pada 20 Agustus lalu untuk bisa merubah wajah pendidikan di Wondama.
Mambor ingin pendidikan di kabupaten berjuluk Tanah Peradaban Orang Papua itu memiliki kualitas yang baik. Untuk mewujudkan itu, bupati menekankan perlunya peningkatan kualitas guru dan para kepala sekolah melalui pelatihan-pelatihan termasuk lewat sertifikasi.
Mambor berharap jajaran Dinas Pendidikan di bawah komando Yonatan Sembiring yang merupakan seorang mantan guru mampu mendesain suatu pola atau sistim yang tepat yang bisa membawa pembaruan dalam dunia pendidikan di Wondama.
“Hal ini menjadi tantangan bagi Kepala Dinas Pendidikan dan jajarannya. Tunjukkan kecerdasan bapak ibu sekalian untuk meningkatkan kualitas guru. Saya tidak mau guru saya menderita di atas pengorbanannya untuk anak-anak negeri peradaban ini, “kata bupati dalam sambutan tertulis.
Pesan bupati itu dibacakan Wakil Bupati Andarias Kayukatuy pada saat membuka Simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer tingkat SD dan SMP di SMPN Dotir, Distrik Wasior, baru-baru ini.
Asesmen nasional, lanjut bupati merupakan salah satu penentu kemampuan sumber daya manusia anak-anak Wondama ke depan. Karena itu dia meminta Dinas Pendidikan merancang pola peningkatan mutu siswa dengan pendekatan yang kreatif dan inovatif.
“Bapak kepala dinas jangan bekerja sendiri-sendiri. Dinas Pendidikan harus membuka diri menerima semua saran dan masukan dari siapa saja. Tidak ada sistim asal bapak senang (ABS). Saya mau melihat bukti nyata dari kerja-kerja bapak ibu sekalian terhadap anak-anak di Teluk ini,”demikian bupati.
Kepala SMPN Dotir Frengki Semboari berharap Kepala Dinas Pendidikan yang baru Yonatan Sembiring memberi perhatian khusus terkait sertifikasi guru. Sebab masih banyak guru di Teluk Wondama yang sejauh ini belum mengantongi sertifikasi.
Menurut Frengki, sertifikasi menjadi komponen penting yang dibutuhkan guru dalam rangka pengakuan legalitas sebagai pendidik tetapi juga pengakuan terhadap kapasitas dan kualitas yang dimiliki.
Itu sebabnya, dia menyarankan perlunya pembekalan bagi guru melalui LPMP sebelum mengikuti seleksi sertifikasi guru.
Pembekalan melalui LMPM atau lembaga terkait, menurut Frengki sangat penting karena pengalaman membuktikan banyak guru di Wondama gagal mengikuti sertifikasi lantaran gugur pada tahapan seleksi.
“Guru perlu dibimbing untuk mengikuti program guru pembelajar sehingga lebih proaktif dalam mendesain strategi belajar mengajar menjawab tantangan dunia masa kini,”kata Frengki dalam keterangan tertulis. (Nday)