PEGAF- Dibalut dalam tema Kita Adalah Terang Didalam Tuhan, Peringatan 64 tahun Pekabaran Injil (PI) di tanah Arfak, dirayakan penuh khidmat. HUT PI diperingati dengan ibadah digelar di Gedung Gereja GPKAI Jemaat Anthiokia, Distrik Sururey, Selasa (5/11/2019).
Meski sederhana, peringatan tetap mengandung makna yang mendalam khususnya bagi masyarakat di daerah tersebut. Pasalnya, pada tanggal 5 November 1955 disebut masyarakat setempat sebagai cikal-bakal pembangunan di daerah ini.
Pendeta Philipus Manggaprow, mengatakan gereja merupakan hasil dari Injil bukan dari pemerintah. Injil yang telah di sampaikan oleh hamba-hamba Tuhan telah membawa perubahan bagi orang-orang yang hidup dalam kegelapan.
“Dahulu hidup dalam gelap, di Pegaf perang antara suku dan kampung-kampung terus terjadi. Tapi itu dulu, sebelum kita mengenal Injil. Sekarang Injil sudah merubah kita dan perlahan-lahan orang telah meninggalkannya,” katanya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Pegunungan Arfak, Yosias Saroy mengatakan, peringatan PI ke-64 di tanah Arfak merupakan sebuah momen untuk mengintropeksi diri. Dikatakannya, 64 tahun yang lalu misionaris Wolfgan Lunouw dan Hank bock (Lunouw-Bock) telah membawa terang dan telah diterima oleh seluruh penduduk dan 4 suku besar Arfak.
“Jangan lagi kita hidup di gelap karena kita sudah menerima terang 64 tahun yang lalu. Saling curiga, saling bunuh, suanggi, mari kita tinggalkan. Kita harus hidup dalam terang, karena kita adalah anak-anak Tuhan,” kata Yosias.
Sekedar diketahui, 64 tahun yang lalu, Behirir Saiba dan istrinya Domber Ahoren diketahui orang pertama yang mengenal Injil di daerah ini. Behirir Saiba merupakan kepala suku Sougb saat itu menerima kedatangan misionaris Lunouw-Bock untuk mengabarkan injil serta mengajarkan budaya dan tata cara hidup modern kepada penduduk lokal yang masih tergolong primitif.
Dari Sururey, kemudian Injil terus berkembang di tanah Arfak dan diterima oleh suku-suku lainnya. Masuknya Injil di tanah Arfak juga diiringi dengan pembangunan yang dilakukan oleh misi tim.
Para misionaris kemudian membangun 13 lapangan terbang untuk memudahkan mereka mengunjungi pedalaman Arfak untuk mengabarkan kabar baik. Lapangan terbang tersebut kemudian menjadi pintu gerbang dunia modern ke tanah Arfak dan pembangunan pun mulai dirasakan oleh penduduk lokal.(iky)