Pembangunan Situs Aitumeiri Dimulai, Bupati Mambor Ajak Semua Pihak Ikut Berkontribusi

WASIOR – Pembangunan kembali situs religi Aitumeiri di Miei, Wasior Kabupaten Teluk Wondama akhirnya dimulai.

Kepastian itu ditandai dengan pelantikan Panitia Pembangunan dan Pengembangan Situs Sejarah Aitumeiri, Kamis (22/9) di Gereja GKI Baitesda Manggurai.

Panitia pembangunan dan pengembangan situs Aitumeiri dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode Gereja Kristen Injili di Tanah Papua nomor : 175/G-27/VI/2022 yang ditandatangani Pdt. Andrikus Mofu selaku ketua dan Pdt Daniel Kaigere selaku Sekretaris.

Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor yang juga sebagai ketua umum panitia pembangunan dan pengembangan situs Aitumeri mengatakan, rencana penataan kembali situs Aitumeiri sudah dirancang cukup lama dan telah melewati proses pergumulan yang cukup panjang.

Karena itu sudah waktunya situs yang menyimpan sejarah lahirnya peradaban baru orang asli Papua itu dibangun dan ditata kembali.

pembangunan dan pengembangan perlu dilakukan segera untuk menyelamatkan bangunan maupun barang-barang peninggalan para misionaris yang menjadi bukti sejarah lahirnya peradaban baru orang Papua sekaligus sejarah Pekabaran Injil di Tanah Papua.

Baca Juga :   Harga Tiket untuk Orang Wondama dan Luar Daerah Sama, DPRD Minta Subsidi KM Ekspress Bahari Dievaluasi

“Kita harus bertekad untuk membangun kembali situs Aitumeiri dan tahun ini kita mulai. Beberapa waktu lalu kita sudah melaksanakan ibadah untuk memulai pembangunan situs Aitumeiri, ” kata bupati  pada acara penutupan Sidang XVII Klasis GKI Wondama di gereja Baitesda Manggurai.

“Kami mengharapkan ada dukungan dari semua pihak sehingga kita targetkan tahun 2027 Ketua Sinode (Sinode GKI di Tanah Papua) bisa meresmikan “ujar lanjut Mambor.

Bupati menjelaskan untuk tahap awal pembangunan difokuskan pada zona inti.

Bagian yang menjadi sasaran antara lain bangunan bekas rumah tinggal Pendeta Isaac Samuel Kijne juga dapur dan ruang makan yang dahulu digunakan para siswa sekolah formal pertama di Bukit Aitumieri.

Bupati berkeinginan bangunan-bangunan itu dikembalikan seperti kondisi aslinya dahulu. Pembangunan pada tahap awal di tahun ini, menurut bupati, menggunakan anggaran dari APBD Teluk Wondama tahun 2022.

” Untuk penataan secara keseluruhan, sesuai masterplan kita yang telah direvisi, kita butuh biaya 166 miliar. Dan saat ini yang sudah masuk di DAK Pariwisata ada 16 miliar yang tahun depan kita mulai pembangunan.

Baca Juga :   Pasang Seng Perdana Gereja Baru Jemaat Syaloom Wasior, Mambor : Umat Kristen Wondama Musti Bangga

Jadi kita membutuhkan anggaran yang cukup besar,  “jelas mantan Kepala Bappeda Wondama.

Untuk itu Mambor mengajak semua pihak dari berbagai kalangan untuk ikut serta berkontribusi membantu pembangunan kembali situs Aitumeiri. Sebab Aitumeiri adalah situs bersejarah milik seluruh orang Papua.

“Kami mengharapkan dukungan semua pihak karena Aitumeiri ini adalah milik gereja tetapi juga milik semua yang ada di atas tanah Papua ini, “ucap orang nomor satu Wondama.

Tiga Nilai Utama Aitumieri

Wakil Sekretaris Badan Pekerja Sinode GKI di Tanah Papua Pendeta Handry Kakiay mengatakan Aitumeiri adalah aset bersejarah tidak saja bagi warga GKI tetapi juga bagi seluruh orang Papua.

Menurutnya, ada tiga nilai pokok yang dimiliki Situs Aitumeiri sehingga layak untuk dibangun dan ditata menjadi lebih baik sebagai warisan bagi generasi selanjutnya.

Pertama, nilai historis sebagai pusat lahirnya peradaban baru orang asli Papua. Aitumeiri menjadi tempat pertama kali dibuka sekolah formal untuk mendidik orang asli Papua mengenal tulis dan membaca juga pengetahuan di bidang lainnya

Baca Juga :   Sarpras dan Ketenagaan Sudah Memadai, RSUD Teluk Wondama Layak Naik Kelas Menjadi Tipe C

Kedua, nilai spiritualitas. Aitumeri memiliki situs utama yaitu Batu Peradaban tempat di mana dahulu Pendeta I.S. Kijne duduk untuk mengajarkan anak-anak Papua.

Juga Batu Inspirasi tempat dahulu Kijne berdoa memohon petunjuk atau ilham dari Tuhan untuk membawa pembaharuan bagi kehidupan orang Papua.

“Jadi semua orang, bukan hanya Nasrani saja tapi orang dari agama lain juga bisa datang karena dia melihat spritualitas dari situs ini, “kata Pendeta Kakiay.

Dan ketiga, nilai ekonomi. Dia meyakini dengan riwayat masa lalu yang luar biasa itu, Aitumeri memiliki daya tarik besar bagi banyak orang untuk datang berkunjung sehingga membawa dampak ekonomi bagi masyarakat Teluk Wondama.

“Jadi mari kita dorong, kita dukung kita doakan ini pembangunan jalan. Karena ini akan bukan jadi aset bagi kita saja, tetapi Indonesia dan dunia semua akan datang melihat situs ini, “ujar Pendeta asal Waropen itu. (Nday)

 

 

Pos terkait