MANOKWARI- Pasca kebakaran yang terjadi di Borobudur kemarin ( Kamis 30 September 2021) semua warga yang terdampak harus tinggal ditempat pengungsian dan menunggu bantuan untuk meringankan beban.
Dari pantauan media di lapangan, tempat terjadinya kebakaran tinggal menyisakan puing-puing dan puluhan anak-anak yang sedang mengumpulkan besi-besi untuk kemudian mereka jual.
Ditemui di lokasi kebakaran, salah satu pemilik Hak Ulayat Martha Baransano menegaskan bahwa lokasi terjadi kebakaran merupakan tanah milik keluarganya dan status tanah tersebut bersertifikat.
Sehingga Pihaknya meminta kepada siapapun untuk tidak lagi masuk membangun dan menempati lokasi tanah tersebut.
Martha menyebut bahwa ribuan jiwa yang menempati tanah milik keluarganya sudah dihuni puluhan tahun dan mereka hanya menempati tanah tersebut tanpa koordinasi dengan keluarga pemilik sertifikat.
“Kurang lebih 40 tahun mereka tinggal disitu dan tidak pernah ketemu dengan keluarga untuk minta ijin membangun, sehingga dengan kejadian stop ada lagi bangun-bangun rumah” tegas Martha.
Tidak hanya itu, Martha mengungkapkan bahwa, sebagian warga yang menempati tanah miliknya telah memiliki rumah layak huni dan sebagian pula pemerintah telah membantu untuk menyiapkan lahan untuk mereka tinggali seperti di daerah Maruni, Anday, Susweni, dan Arowi namun mereka tidak tempati tetapi kembali ke pantai untuk bangun rumah-rumah kosan dan mereka sewakan.
Untuk diketahui bahwa pada hari Kamis, 30/9 kemarin, musibah kebakaran terjadi dan melanda warga kompleks borobudur, Kab Manokwari. Sebanyak 600 KK dan lebih kurang 2000 jiwa kehilangan tempat tinggal dari peristiwa yg disebabkan diduga oleh korsleting listrik itu.
Berdasarkan data yang dihimpun , terdapat 4 titik tempat pengungsian dengan jumlah 1.046 jiwa, yakni Taman Jokowi Angrem sebanyak 582 Jiwa, .KLK Kab. Mkw sebanyak 147 Jiwa, Masjid Jami’ Merdeka sebanyak 164 Jiwa dan Pasar Ikan sanggeng 153 Jiwa.(Red)