WASIOR – Wakil Bupati Teluk Wondama, Papua Barat Paulus Indubri menyesalkan tindakan rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu. Hal itu, kata dia, membuktikan bahwa cara pandang masyarakat Indonesia terhadap Papua ternyata belum berubah.
Sampai saat ini Papua masih saja dianggap ‘rendah’ oleh sebagian kalangan di negeri ini hanya karena berbeda warna kulit dengan sebagian besar penduduk Indonesia lainnya. Padahal negara ini sudah merdeka 74 tahun.
“Kita sudah merdeka 74 tahun seharusnya tidak ada lagi pikiran-pikiran seperti itu yang menghina orang Papua. Tapi beberapa hari lalu itu terjadi dan kami sangat prihatin karena itu sudah mendiskreditkan hargat dan martabat kami. Itu sangat tidak pantas terlebih kita sedang merayakan kemerdekaan Indonesia. Itu sama saja kami ini seperti dianaktirikan, “ucap Indubri di Wasior, Rabu (21/8).
Dia mengatakan, sejak menjagi bagian dari NKRI, orang Papua selalu dengan tangan terbuka menerima siapapun warga Indonesia lain yang ingin hidup dan menetap di tanah Papua. Contoh nyata adalah program transmigrasi ke Papua yang telah dimulai sejak tahun 70-an dimana ribuan orang dari kawasan barat Indonesia terutama dari Pulau Jawa membanjiri Papua.
“Pada tahun 70-an, program transmigrasi itu kehadiran orang-orang dari Jawa di Papua itu kami menerimanya dengan luar biasa. Memberikan mereka tanah gratis dan orang semua bisa tinggal di sini. Dan hari ini berapa banyak orang Jawa yang hidup di Papua sampai anak-anak mereka itu bisa sekolah dan hidup dengan baik.Tapi kok 74 tahun bangsa ini merdeka, mereka memandang kami seperti ini, “sesal lulusan Universitas Jayapura ini.
Selalu pejabat asli Papua Indubri mengaku bisa memahami kenapa orang Papua begitu marah dengan pernyataan rasial itu. Semua orang Papua terluka. Meski demikian, dia mengimbau masyarakat agar tidak merespon hal itu dengan tindakan anarkistis yang justru merugikan masyarakat umum.
“Sebagai orang beriman sebagai orang Papua kita hanya memandang dengan kasih saja. Kita mengampuni mereka yang buat pernyataan itu karena mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Kita doakan mereka pasti Tuhan akan membalas sesuai dengan cara Tuhan sendiri,” ujar Indubri.
Kepada masyarakat Teluk Wondama diapun mengimbau agar menyikapi insiden di Surabaya dengan hati yang damai. Warga diharapkan tidak terprovokasi dengan situasi di Manokwari maupun kabupaten lainnya. Termasuk ajakan-ajakan provokatif melalui media sosial.
“Terima kasih karena masyarakat Woindama masih tetap menyikapi dengan arif dan damai. Kita berharap kondisi seperti ini tetap dipelihara, dijaga dengan baik agar kita tetap menumbuhkan toleransi di daerah ini dengan baik, “pesan orang nomor dua Wondama ini. (Nday)