MANOKWARI – Lisna Boroallo, ibu kandung alm Vitra, korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi 9 Oktober 2021 dinihari lalu di Jalan S Condronegoro, Manokwari mempertanyakan penanganan kasus yang merenggut nyawa anaknya laki-lakinya.
Ada beberapa kejanggalan yang menurut Lisna mencurigakan. Misalnya pada luka di tubuh Vitra yang tidak tampak seperti luka kecelakaan lalu lintas. Pada bagian dahi misalnya terdapat luka lebam yang memanjang seukuran jari kelingking orang dewasa dan bekas lebam lainnya yang lebih tampak seperti hantaman benda tumpul.
“Seandainya ia jatuh dan kepalanya terbentur dengan keras, luka yang diakibatkan seharusnya luka sobek atau lecet akibat terseret di aspal. Pada bagian belakang pinggangnya juga ada luka lebam yang sangat besar,” ujarnya seraya memperlihatkan gambar kondisi jenazah anaknya.
Di sisi lain, kronologis yang ia dapatkan dari pihak kepolisian sama sekali berbeda dengan informasi yang mereka dapatkan dari pihak lain yang beberapa saat sebelum peristiwa bersama-sama dengan Vitra.
Misalnya disebut bahwa korban mengendara dari arah Wosi, padahal yang terjadi adalah ia mengendarai motor menuju Wosi setelah beberapa saat beranjak darah Amban dan hendak pulang ke rumahnya di Sowi Gunung.
Meski mencoba tabah, Lisna tidak bisa menyembunyikan rasa kehilangan saat bertemu dengan wartawan, Kamis (21/10/2021) di Manokwari. Saat peristiwa, ia hanya bisa menyaksikan anaknya terbaring kaku dengan darah yang mengucur dari hidung dan mulut disertai sejumlah luka lebam di tubuh. Ironisnya, saat ia dalam perjalanan menuju rumah sakit, Lisna justru dibegal, sepeda motornya dirampas.
Peristiwa naas yang terjadi sekitar pukul 03.0O dinihari itu merenggut nyawa Marchxellon Vitrajaya. Lokasi kecelakaan tepat di depan Toko Botak melibatkan sepeda motor Kawasaki KLX Hijau Hitam yang dikendarai Vitra dan Honda Scoopy merah hitam PB 4543 MU yang dikendarai seorang pria berinisial FE yang belakangan diketahui adalah oknum anggota TNI.
Lisna yang berprofesi sebagai jurnalis mengaku sudah berupaya mempertanyakan perkembangan penanganan kasus itu ke kepolisian. Namun hingga saat ini ia tak mendapatkan jawaban memuaskan. Jiwa jurnalistik dan naluri seorang ibu juga membuatnya mencari keterangan-keterangan atau fakta yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
“Sampai hari ini, tepatnya hari ke 12 sejak peristiwa itu polisi belum mengungkap motif kejadian. Bahkan menurut saya ada kesan polisi terkesan menutupi keterlibatan oknum anggota TNI dalam kecelakaan itu,” tuturnya.
“Saya ke Polres menanyakan posisi kasus dan sketsa TKP serta perkembangan kasus setelah saya pulang dari Toraja memakamkan Vitra. Polisi di Satlantas Polres mengatakan tidak bisa memberikan keterangan tanpa ada pihak yang ditemani tabrakan. Polisi juga sempat bilang ke saya bahwa yang tabrakan anak saya hanya seorang. Setelah saya desak dan histeris di kantor polisi berdasarkan informasi yang saya dapatkan, barulah mereka mengakui bahwa ada dua orang yang berboncengan. Dua-duanya anggota TNI yang saat itu dalam pengaruh alkohol dan mabuk berat,” beber Lisna menirukan pengakuan aparat.
Lisna mendesak agar polisi bersikap terbuka dan profesional dalam penanganan kasus yang menimpa anaknya. Lisna juga meminta agar dua oknum yang diduga anggota TNI itu diperiksa.(Red)