Manokwari, kabartimur.com – Dwlam rangka mendukung Manokwari sebagai Kota Hijau,Orang Muda Katolik (OMK) se-Tim Pastoral Wilayah (TPW) Manokeari melakukan aksi penanaman ratusan Bibit Mangrove di sekitar Pantai SMK Kehutanan Manokwari, Kelurahan Sanggeng, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Sabtu (15/4/2023) sore.
Adanya tanaman pohon Mangrove yang sudah mulai menghilang di pesisir Pantai Manokwari terus menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Manokwari Melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Manokwari, yang sangat bermanfaat untuk pelestarian dan jasa lingkungan Hidup.
Kehadiran dan kepedulian pemuda OMK se-TPW Manokwari, menjadi hal yang patut diteladani untuk mau mengambil bagian dan berbagi peran dalam penyelamatan habitat Mangrove.
Ketua OMK se-TPW Manokwari, Aris Ohoiwirin, mengatakan bahwa Ada 100 polybag bibit Mangrove yang kita tanam hari ini bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Manokwari beserta Komunitas Mangrove Sowi Pantai. Tapi di satu polybag kan ada dua sampai lima batang, jadi total lebih dari 100 pohon yang kita tanam.
Lebih lanjut Aris menjelaskan, aksi penanaman ini mengusung tema ‘Mari Menanam untuk Kita dan Generasi’, yang menjadi kesatuan dengan aksi puasa pembangunan 2023. Untuk itu, OMK t tidak hanya berdiri sebagai bagian dari hirarki Gereja Katolik. Tetapi, OMK siap menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk menjalankan kebijakan di tiap aspek kehidupan, dengan “Moto kita yaitu OMK giat, gereja kuat,”.
Sebelum melakukan penanaman Mangrove, puluhan anggota OMK yang mewakili Paroki Santo Agustinus, Paroki Imanuel, Paroki St. Thomas Aquinas, Paraki SP 4 Prafi, Maripi dan beberapa stasi yang mengunakan kaos putih, itu terlebih dahulu memungut sampah yang berserakan di bibir pantai.
Ketua RT 01/RW 08, Kelurahan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat, Soleman Eberjewen, mengakui, bahwa Pantai BLK sebelumnya dipenuhi hijaunya daun bakau dengan akar-akarnya yang menjalar, kokoh menahan hantaman gelombang dan arus laut.
Tetapi, diakuinya karena ulah manusia sendirilah yang mengakibatkan saat ini hanya tersisa beberapa mangrove. Akibatnya, talud yang terbuat dari susunan batu kali di sepanjang pantai, kini sudah banyak yang jebol karena tak sanggup menahan amukan gelombang laut.
“Mangrove yang ditanam hari ini akan tong (kita) jaga baik-baik. Dengan begitu, tong punya pantai yang indah ini, tidak terus-terus terkikis, dan Tidak ada yang bisa menggantikan peran bakau. Dari bakau juga bisa jadi rumah atau tempat berlindung ikan-ikan. Jadi, tong nanti tra (tidak) perlu cari ikan jauh-jauh lagi,” imbuh Soleman.
Menurut Soleman, ketimbang pemerintah sibuk menyosialisasikan tentang manfaat bakau dan cara mencegah abrasi, lebih baik membuktikannya dengan aksi penanaman kembali Mangrove di area terancam. Semoga dengan penanaman mangrove yang dilakukan OMK Manokwari, menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan sekitar.
Penggiat Lingkungan dan juga selaku Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran, Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Pengaduan Lingkungan Dinas Lingkungan Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Manokwari, Yohanes Ada’ Lebang, menjelaskan bahwa sejak Tahun 2022 Melalui BRGM dan BPDAS Remu Ransiki Manokwari telah mendapat dukungan penanaman melalui Program Peningkatan Ekonomi Nasional (PEN) seluas 44 Ha yang tersebar pada kampung Wamesa Pulau Lemon dan Sowi Pantai.
Dan tahun 2023 diharapkan terus mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat mau provinsi.
Disamping penanaman yang telah dilakukan penanaman oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Papua Barat di sekitar pesisir Kampung Anday. Tidak sampai disitu saja, kami Bersama Komunitas Mangrove Sowi pantai Manokwari yang berkolaborasi dengan Pangdam XVIII Kasuari di Pulau Raimuti serta berbagai komunitas peduli lingkungan yang terus bergiat.
“Apresiasi kepada OMK Manokwari yang sudah mengambil peran, semoga Program Manokwari “Kota Hijau” menjadi bagian aktivitas masyarakat Manokwari dalam menjaga Lingkungan Hidup Manokwari yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Sosial, Ekonomi dan Ekologis)”. Harap Lebang