Desain Awal Pengembangan Situs Bersejarah Aitumeiri Sudah Tuntas

WASIOR – Penataan kawasan situs rohani Bukit Aitumeiri di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Baratvyang sejak lama disuarakan berbagai pihak belum juga terealisasi sampai sekarang.

Situs religi Bukit Aitumeiri yang berlokasi di Kampung Miei, Wasior merupakan salah satu peninggalan penting dalam sejarah peradaban orang asli Papua. Di Aitumeirilah orang Papua pertama kali mengenal tulis baca lewat pendidikan formal yang dibuka oleh misionaris asal Belanda Isack Semuel Kitjne.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Teluk Wondama Frans Mosmafa menyebutkan Pemkab Wondama telah merancang desain untuk pengembangan Aitumieri. Bahkan DED-nya (detail engineering design) sudah tuntas pada tahun 2017.

“Selanjutnya kita mau bertemu dulu dengan Sinode GKI dan MRP. MRP bicara dari sisi kulturalnya karena Aitumeri itu milik orang Papua semua, “ ungkap Frans pada saat musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) Distrik Wasior di Wasior belum lama ini.

Baca Juga :   Anggaran Covid-19 Wondama Sudah Terealisasi 24,7 M, Tertinggi untuk Kesehatan

Frans mengatakan dari perencanaan yang telah dibuat, pengembangan situs Aitumeiri nantinya terbagi dalam dua bagian. Yaitu bagian bawah yang meliputi situs batu peradaban serta bekas rumah tinggal juga sekolah yang dibangun Isack Semuel Kitjne. Dan bagian atas dengan objek utama batu inspirasi.
Dalam rangka itu, lanjut Frans, pihaknya dalam tahun ini juga akan menyelenggarakan seminar/dialog budaya yang membicarakan tentang Aitumeiri.

Seminar tersebut diharapkan bisa memperkaya informasi juga pengetahuan terkait bagiamana sebaiknya pengembangan situs Aitumeiri.

“Karena bangun Aitumeiri tidak hanya soal fisik tapi ada hal-hal lain juga jadi nanti kita bicarakan dalam dialog kebudayaan itu, “ ucap Frans yang menyatakan pihaknya juga akan berupaya mencari bantuan dana ke Bappenas dan Kementerian PUPR.

Sebelumnya Kepala Distrik Wasior Anthonius Alex Marani mendorong penataan situs rohani Bukit Aitumeiri secepatnya dilakukan terutama agar barang-barang penting yang menjadi saksi sejarah di kawasan itu tidak rusak atau bahkan hilang karena tidak terurus. (Nday)

Pos terkait