MANOKWARI, Kabartimur.com- Atraksi Mamala (pukul Manyapu) warnai puncak peringatan HUT Pattimura ke- 205 di Manokwari yang digelar di Lapangan Borasi Senin (16/5/2022).
Atraksi ini dilakukan oleh pemuda Maluku yang dibagi dalam dua kelompok atau regu. Tiap regunya berjumlah minimal 10 orang dengan memakai celana pendek, bertelanjang dada, serta memakai pengikat kepala merah (kain berang).
Kedua regu tersebut, saling berhadapan. Setiap orang memegang batang lidi ‘enau’ yang berukuran besar (lingkaran pangkal 0,5 cm dan bonggolnya selebar 3-5 cm). Kemudian mereka saling memukul tubuh lawannya hingga luka dan berdarah secara bergantian.
Menariknya, meskipun tubuh para pemuda itu sudah terluka, tidak ada yang marah apalagi dendam. Sebab luka dan darah itu merupakan simbol perjuangan melawan penjajah dalam mengenang Kapitan dan Malesi yang berjuang mempertahankan Benteng Kapahaha dari VOC Belanda.
Usai atraksi para peserta dioles minyak khusus yang dipercaya dapat menyembuhkan luka dan bekas pukulan sapu lidi yaitu minyak Mamala.
Salah satu peserta atraksi pukul sapu, Rustam Malawat mengaku bahwa atraksi tersebut merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh orang Maluku dan dirinya bangga bisa ikut serta dalam atraksi tersebut.
Rustam menyebut bahwa atraksi tersebut bukan kali pertama diikuti namun sudah kali kelima dilakukan.
Selain itu juga ada tari-tarian adat Maluku yang dipentaskan untuk memeriahkan peringatan HUT Pattimura serta hiburan artis Maluku, Marvey Kaya dan pawai Obor Pattimura serta tarian cakalele oleh pemuda Maluku Utara, Tengah dan Tenggara dari lampu sinar suri melintasi Jalan Pahlawan, jalan Soejarwo Condronegoro, Jl Yos Sudarso belok jalan merdeka dan finish di lapangan Borasi Manokwari.
Pawai obor pattimura muda ini diterima tiga kepala suku dari Maluku Tenggara, Maluku Tenggara dan Maluku Utara.
Sebagai informasi, Tiga sesepuh orang tua Maluku yang terlibat langsung untuk menyalakan obor utama pattimura ke -205 mendampingi Manawa sesepuh Maluku Drs. Dominggus Mandacan -Kiriweno antara lain, Moses Naraha mewakili sesepuh keluarga besar Maluku Tenggara Raya, ‘Momole’ Hj. Kyai H. Kasim, mewakili Maluku Utara, dan Alberth Sopacoa mewakili kerukunan keluarga Ambon Maluku Tengah.(TS)