LUWU UTARA, Kabartimur.com – Gereja Katolik Paroki Sitti Maryam Saluampak Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu merayakan Paskah. Bagi Umat Katolik, Paskah merupakan puncak perayaan yang selalu dirayakan dengan khidmat yakni, perayaan Iman atas sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus dari alam maut untuk menebus dosa manusia.
Namun, sebelum sampai ke perayaan puncak ini, dilaksanakan lagu rohani serentak segenap umat Katolik dalam proses pertobatan pribadi dan komunal, yakni di Masa Pra Paskah (Puasa).
Hal tersebut disampaikan Pastor Paroki, Sitti Maryam Saluampak Yosef Doni Srisadono, MSC pada media ini via whatsapp, Minggu, (9/4/2023) bahwa, masa pertobatan Pra Paskah (Puasa) ini dilaksanakan selama 40 hari, dimulai pada perayaan Rabu Abu, yang telah dirayakan pada bulan lalu, di mana semua orang Katolik menerima pengolesan abu di dahinya sebagai lambang atau ajakan untuk bertobat dan percaya kepada Injil.
Di masa 40 hari Pra Paskah (Puasa) diberi nama Aksi Puasa Pembangunan, yang secara serentak pula Gereja Keuskupan Agung Makassar, mengajak segenap umat untuk menjalani pertobatan bersama. Dalam menjalani masa Pra Paskah (Puasa) 40 hari, mulailah umat Katolik memasuki perayaan Paskah. Ada tiga upacara Paskah yakni, Kamis Putih, Jumat Suci dan Hari Raya Minggu Paskah (Kebangkitan Yesus dari kematian)
“Di dalam upacara Kamis Putih ini dilaksanakan misa kudus untuk merayakan peristiwa Yesus mendirikan ekaristi atau misa kudus, di dalam Perjamuan TerakhirNya,” sebut Pastor Kepala Paroki Sitti Maryam Saluampak.
Selain itu, di dalam upacara ini juga dilaksanakan pengenangan kembali tindakan Yesus membasuh kaki 12 MuridNya (RasulNya).
Upacara Kamis Putih ini, ditutup dengan kegiatan Tuguran atau Berjaga Bersama Yesus Yang Bersengsara, sampai tengah malam.
Selanjutnya, pada hari Jumat Agung dikenangkan Sengsara dan Wafat Yesus dengan Ibadat Penghormatan Salib pada hari Jumat Suci/Agung dilaksanakan 2 upacara, yang pertama upacara Jalan Salib (Via Dolorosa) untuk mengenang perjalanan Sengsara Yesus mulai dari Pengadilan Pilatus hingga peristiwa Penyaliban dan Wafat Yesus di gunung Golgota atau disebut juga gunung tengkorak.
“Upacara Jalan Salib ini juga dilakukan pada setiap hari Jumat selama masa Pra Paskah atau Puasa. Sedangkan pada sore harinya, tepatnya pukul 15.00 dilaksanakan upacara mengenang Yesus Wafat di salib,” terangnya.
Sehingga pada hari Jumat Suci ada 3 Ibadat Penghormatan Salib. Di tengah ibadat suci ini juga akan dilaksanakan penghormatan salib oleh semua umat dan pewartaan Kisah Sengsara Yesus Kristus (nyanyian Passio), dalam keheningan liturgi, sebagai permenungan akan sengsara dan wafat Yesus.
” Dan memasuki hari Sabtu, di semua Gereja Katolik seluruh dunia tidak ada upacara misa kudus di pagi hari. Yang ada adalah suasana keheningan mengenang Wafat Yesus. Baru pada senja dan malam harinya, dimulailah upacara Malam Paskah, yakni malam tirakatan Kebangkitan Yesus,” tambahnya.
Upacara ini diawali dengan Upacara Cahaya, yakni mengarak Lilin Paskah yang bernyala di tengah kegelapan dengan nyanyian “Kristus Cahaya Dunia, Syukur kepada Allah”.
Upacara ini menjadi tanda bahwa, Yesus bangkit mengalahkan kegelapan dosa dan maut. Dengan upacara Lilin Paskah ini Gereja Katolik memasuki suasana liturgi yang penuh sukacita dengan menyanyikan Kemuliaan dan Alleluya meriah, sebagai tanda Yesus Bangkit.
Di malam Paskah yang digelar di semua Gereja Katolik, inilah suasana liturgi akan berubah dari keheningan yang diliputi suasana sesal dan haru menjadi kemeriahan yang diliputi suasana sukacita.
Dan di Paroki Sitti Maryam Saluampak di gelar hari ini Paskah atau Kebangkitan Yesus dari kematian. Dilaksanakan di 3 (tiga wilayah) yakni, Wilayah 1 (satu) meliputi Stasi To’ Burung, To’ Uddi, To’ Katimbang, Andulan dan empat rukun, untuk wilayah 2 (dua), Stasi To’ Bau, Pangalli, Rambakulu, Rante Bone, Tondok Tanga, Tete Uri dan Lara 3, serta wilayah 3 (tiga) meliputi Stasi Masamba, Mariri, Mappedeceng, Pettalandung, To’ Awo, Urukumpang dan Stasi Tete Induk. (Red/Yustus)