#SaveLapanganGembira, Pesan ‘Buron’ untuk Perjuangan Masyarakat Adat Toraja

TORAJA UTARA- Adu kerbau (ma’pasilaga tedong) yang biasanya menjadi bagian dari ritus Rambu Solo’ (kedukaan) masyarakat adat Toraja rupanya tak lagi menjadi sebuah penyempurna sebuah ritus. Ia juga berkembang menjadi wahana hiburan rakyat hingga alat advokasi.

Inilah yang terjadi di Balebo, Tallung Lipu, Toraja Utara, Rabu (26/8), ketika seekor kerbau jenis pudu’ (hitam) menjadi media untuk menyampaikan semangat masyarakat adat Toraja untuk mempertahankan tanah adat “Rante Menduruk” (kini disebut Lapangan Gembira).

Bacaan Lainnya

Seperti diketahui lokasi tersebut kini menjadi objek perkara di ranah pengadilan umum yang melibatkan Muhammad Irfan Cs (penggugat) dan Pemkab Toraja Utara dll (tergugat).

Dalam perkara itu, tergugat menempuh upaya hukum terakhir (peninjauan kembali) setelah kalah dalam 3 tingkat pengadilan.

Baca Juga :   Peserta JKN-KIS kelas III dapat bantuan pemerintah.

Pemkab mendapat dukungan penuh masyarakat adat dan komponen masyarakat Toraja terutama mahasiwa yang merasa bahwa objek sengketa tersebut awalnya adalah hak masyarakat adat yang tidak pernah diperjualbelikan.

Dalam perspektif mereka, lahan tersebut dihibahkan kepada pemerintah untuk digunakan sebagai wahana layanan publik semisal pendidikan, kesehatan, telekomunikasi dan lainnya. Kenyataannya di atas lahan tersebut kini berdiri SMA Negeri 2 Rantepao, Puskesmas, Kantor Telkom, Gudang Pertanian dll.

Lalu bagaimana kerbau menjadi alat advokasi dalam masalah ini. Pada ritus duka cita almarhum Nek Bura yang dilaksanakan di Tongkonan Rante Limbong Balebo, pada badan kerbau pudu’ milik Ivan Kurniawan yang diberi nama Buron (Tim Bangsa Damai) tertoreh sebuah kalimat “#SaveLapanganGembira” yang ditulis menggunakan pilox.

Buron rupanya merupakan sebuah kerbau petarung yang kerap berlaga di arena-arena adu kerbau di Toraja dan Toraja Utara. Karena sudah relatif terkenal, tubuhnya menjadi alat penyampai pesan untuk warga yang membajiri arena di Balebo.

Baca Juga :   Mengakhiri Kepemimpinannya Selama 5 Tahun Sebagai Wakil Bupati, Yosia Rinto Kadang Pamit Kepada Masyarakat Toraja Utara

Presiden Tim Bangsa Damai, Rajus Bimbin menjelaskan bahwa alasan penggunaan seruan tersebut untuk membangkitkan kembali semangat perjuangan masyarakat adat Toraja. Juga untuk memberikan dukungan kepada kuasa hukum Pemda Toraja Utara bersama komponen masyarakat adat dan Himpunan Mahasiswa Toraya Indonesia (HMTI) yang mengadvokasi masalah tersebut baik di dalam ranah pengadilan maupun dari luar pengadilan.

“Kami dari Team Bangsa Damai mengambil langkah untuk menyuarakan semangat perjuangan ini melalui nafas budaya Toraja,” kata Rajus.

Rupanya dalam laga tersebut Buron memenangkan pertarungannya yang diringi sorak sorai pendukungnya. Akankah ini menjadi penanda bahwa masyarakat adat Toraja dan Pemkab Torut akan memenangkan perjuangan mereka?

Kita tunggu… (PBT)

Pos terkait