WASIOR – Duet Hendrik Mambor – Andarias ‘Andi’ Kayukatuy berpeluang membuat sejarah baru sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati pertama di Papua Barat bahkan mungkin di tanah Papua yang maju Pilkada melalui jalur perseorangan atau independen.
Pendukung dan simpatisan Mambor-Andi yang menamakan dirinya Relawan HEMAT bertekad menciptakan sejarah itu. Sejak awal Januari 2020 telah melakukan pengumpulan KTP demi mengantarkan jagoan mereka menembus Pilkada Kabupaten Teluk Wondama lewat jalur nonpartai.
Untuk bisa mendapatkan ‘tiket’ Pilkada, Relawan HEMAT harus mengumpulkan sekurang-kurangnya 2.591 lembar KTP. Jumlah itu setara 10 persen dari DPT pada saat Pemilu Serentak 2019 di Kabupaten Teluk Wondama yakni 25.591 pemilih.
Koordinator Relawan HEMAT Ridas Wambrauw mengklaim sampai dengan 16 Januari 2020 pihaknya telah mengumpulkan 1.000 lebih KTP dari warga. Pihaknya juga telah menyalurkan blanko dukungan sesuai permintaan masyarakat mencapai 9.500 lembar.
Blanko tersebut sudah disebar ke seluruh pelosok Wondama yang terdiri atas 13 distrik dan 75 kampung 1 kelurahan.
“Kami targetkan hitungan KTP bisa sampai 6.500, “ ujar Ridas ditemui di posko pengumpulan KTP Relawan HEMAT di Maniwak, Wasior, Kamis (16/1/2020).
Ridas bersama Relawan HEMAT lainnya punya tiga alasan utama yang melatarbelakangi keputusan mengusung pasangan Mambor-Andi maju Pilkada 2020 melalui jalur perseorangan.
Pertama, mereka tidak ingin duet Mambor-Andi tersandera oleh kepentingan praktis partai politik jika nantinya terpilih menjadi pemimpin Wondama. Dengan maju independen keduanya bisa bebas menentukan program dan kegiatan juga kebijakan yang baik untuk rakyat Wondama tanpa terganggu oleh titipan-titipan kepentingan partai pengusung.
“Pemerintahan nanti hanya berlangsung 3 tahun kalau maju dengan partai mereka akan tersandera dengan kepentingan politik partai. Tapi kami berharap dalam 3 tahun kepemimpinan nanti kebijakannya itu benar-benar dirasakan oleh masyarakat, “ kata Ridas.
Kedua, biaya politik yang dikeluarkan cukup besar jika menggunakan kendaraan partai politik.
Selain kuatir pasangan Mambor-Andi tidak memiliki cukup dana untuk bisa ‘membayar’ partai, Relawan HEMAT juga tidak ingin Pilkada yang adalah pesta demokrasi rakyat terus dikotori dengan politik transaksional yang pada akhirnya akan menjerat calon kepala daerah itu sendiri saat terpilih.
“Karena kalau pakai kendaraan partai, minimal dia harus mengeluarkan biaya besar untuk bisa dapat rekomendasi partai. Kedua, ketika nanti di dewan itu ada oposisi dan koalisi. Paling tidak kebijakan dalam 3 tahun ini dia harus mengikuti kepentingan dewan sehingga tidak ada waktu untuk mereka berpikir untuk rakyat, “ ucap Ridas lagi.
Ketiga, Relawan HEMAT berikthiar membangun budaya politik baru di Wondama. Yaitu politik partisipatif yang sehat dan bersih dari tarik menarik kepentingan juga permainan uang.
“Itu yang membuat kita semangat supaya Pak Mambor dan Pak Andi itu naik dari masyarakat sehingga ketika dia bekerja di pemerintahan itu dia bekerja murni untuk masyarakat, “kata dia.
Dan kami juga tegaskan ini bukan dorongan dari Pak Mambor dan Pak Andi tetapi merupakan inisiasi dari semua relawan dan masyarakat untuk membentuk tim ini untuk mengusung. Ini adalah keinginan rakyat, “ tandas Ketua ASPAP Wondama ini.
Adapun batas akhir penyerahan syarat dukungan calon perseorangan adalah pada minggu ketiga Februari. Komunitas pendukung pasangan Mambor-Andi optimis mereka dapat memenuhi target pengumpulan KTP sebanyak 2.591 lembar sesuai persyaratan dari KPU.
“Kami yakin akan membuat sejarah baru bisa meloloskan pasangan calon lewat jalur independen. Kami sangat yakin, “ pungkas Ridas. (Nday)