Kabupaten Tambrauw Menyimpan Hilirisasi Komoditi Kelapa dan Inovasi Pemanfaatan Sagu

MANOKWARI- Kelapa merupakam tanaman sejuta manfaat yang pada setiap bagian tanamannya memiliki nilai guna bagi kehidupan.

Berdasarkan Catatan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) mengatakan setidaknya ada 13 ragam komoditas turunan kelapa yang diminati pasar global, salah satunya adalah kopra (daging kelapa kering) yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk antara lain minyak goreng, kosmetik, maupun pakan ternak berbahan dasar bungkil (limbah) kopra.

Melalui Press Release yang diterima media ini, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua barat, Rut W. Eka Trisilowati menyampaikan bahwa Kabupaten Tambrauw menyimpan potensi hilirisasi komoditi kelapa. Sebagai provinsi terluas kelima di Indonesia, Papua Barat memiliki luas lahan yang potensial untuk budidaya berbagai komoditas perkebunan, salah satunya kelapa.

Data Pemerintah Kabupaten Tambrauw mencatat sekitar 4.048 Ha lahan wilayahnya ditanami kelapa, dengan kemampuan produksi mencapai 5.000 ton/tahun. Perwakilan dari Wetlands Internasional Indonesia, Tengku Rivanda Anshori pada kesempatan focus group discussion bersama Bank Indonesia Rabu, 10 Februari 2021 menyampaikan pernah dilakukan pemetaan potensi pengembangan komoditi kelapa di Kabupaten Tambrauw pada November 2019 dengan rekomendasi akhir perlu dibentuknya institusi bisnis atau korporatisasi petani kelapa.

Baca Juga :   Ada warga di dua kelurahan wilayah pangkep ngaku tanah mereka dirampas PT. Semen Tonasa

Petani kelapa sejauh ini menjual kelapa segar ataupun dalam bentuk kopra kepada pengepul tanpa adanya nilai tambah yang dihasilkan. Harapannya melalui inisiatif hilirisasi petani kelapa nantinya dapat menghasilkan produk turunan seperti kopra, arang tempurung, cocopeat (media tanam dari serabut kelapa), serta dapat menjangkau pemasaran (kontrak penjualan) dengan industri besar.

Pemanfaatan bungkil kopra dan sagu parut kering menjadi olahan pakan ternak memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

Pada kesempatan yang sama, konsultan bisnis dari Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (PRISMA), Ferdinandus Rondong, menyampaikan inovasi kajian pemanfaatan dari bungkil kopra dan sagu parut kering (sapuring) sebagai campuran pakan ternak.

Lebih lanjut disampaikan bahwa data industri pakan ternak Indonesia didominasi oleh pakan unggas dengan porsi sekitar 92%. Potensi ini semakin menguatkan bahwa inisiasi hilirisasi petani komoditi kelapa menjadi hal yang perlu direncanakan dengan matang melalui sinergi lintas instansi/lembaga.

Baca Juga :   Dorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan, BI Papua Barat Bersama DJPb Gelar Deseminasi Moneter Fiskal

Bank Indonesia Provinsi Papua Barat senantiasa siap bersinergi dengan Pemda dan berbagai stakeholders serta mengambil bagian berkontribusi secara nyata melalui rencana kegiatan pendampingan terhadap UMKM Petani Kelapa di Kabupaten Tambrauw yang ditargetkan mulai berjalan tahun ini.(*)

Pos terkait