MANOKWARI, Pasca Gempa Bumi 6,8 Sr yang mengguncang Sebagian kota Ambon dan beberapa Negeri di Kabupaten Maluku Tengah (26/9) lalu kini menyisahkan berbagai keluhan warga, kebutuhan dasar seperti Air bersih dan bantuan bahan makan (Bama) merupakan hal mendasar bagi warga yang kini masih memilih mengungsi di tenda.
Abdul Hakim Tuharea, warga Desa Tengah-Tengah Kecamatan Salahutu Maluku Tengah menuturkan, setelah bencana gempa yang mengguncang Ambon dan sebagian Maluku Tengah Provinsi Maluku 26/9 lalu, desanya merupakan salah satu terkena dampak langsung, bukan hanya sebagian rumah yang hancur namun, ada juga korban meninggal dunia.
“Adik ipar dan suaminya meninggal dunia tertimbun longsor, kami punya rumah dibagian depan teras patah terbela dua,” tutur Hakim Tuharea, Selasa (02/10/2019)
Hakim kini bersama dengan warga lain sejak bencana itu, mereka memilih tinggal di tenda pengungsian, jauh dari rumahnya, Ia hawatir karena beberapa hari ini terdapat gempa susulan meski berskala kecil tetapi dalam sehari bisa mengguncang lebih dari dua kali.
“Kami memilih tinggal di tenda pengungsian, tapi sejak saat ini bantuan yang kami terima hanya 2 kilo gram beras dan sebutir telur yang diberikan Pemerintah,” ujarnya.
Ia juga mengeluhkan Air bersih untuk kebutuhan bersama dengan warga di tenda pengungsian, memang air bersih didistribuskan menggunakan Mobil tangki, namun pendistribusian dilakukan tidak merata, sebagian pengungsi mendapat air dan sebagian lain tidak mendapat sama sekali.
“Kami butuh air bersih dan juga bahan makanan, sudah beberapa hari ini memang itu yang paling mendasar, meski beberapa kali kami didata oleh Pemerintah Kampung tapi bantuan selalu lewat” Kata Hakim mengeluh.
Irfan Leurima, Aparat Desa Tengah-Tengah mengatakan, sejauh data yang di himpun, warga yang terkena dampak bencana gempa bumi sekitar 2.244 jiwa dari 3.044 jumlah penduduk kampung dan 718 kepala keluarga (KK) yang ada di Desa Tenga-tenga. Terdapat dua posko pengungsi di Desa tersebut.
“Yang paling dibutuhkan warga pengungsian saat ini memang air bersih dan terpal untuk dibangun kamp pengungsi, padahal pemerintah provinsi memberikan terpal sekitar 15 dengan ukuran 4×6 dan dibantu juga dengan Pemerintah Kabupaten 20 lembar terpal” kata Aparat Desa, Irfan Leurima.
Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Orno yang mengunjungi beberapa lokasi penggungsian warga mengatakan di Desa tengah-tengah meminta agar aparat Kampung melakukan Pendataan secara baik, ia memastikan pengungsi yang rumahnya rusak berat hingga rusak ringan yang sudah memungkinkan untuk ditempati akan dibangun Hunian sementara (Huntara) bagi mereka.
“Rumah-rumah yang rusak, apalagi sudah hancur, kita kordinasi dengan pusat agar bisa membangun Hunian sementara bagi mereka, jadi katong harus bedakan mana mengungsi dan mana yang pengungsi” ujar Wakil Gubernur Barnabas Orno
Meski demikian pihaknya meminta agar proses Pendataan dilakukan dengan baik dan tepat sasaran, sebab hal ini merupakan bentuk pertanggung jawaban terhadap keuangan Negara, terutama untuk membangun hunian sementara bagi warga sembari akan memikirkan untuk pembangunan rumah warga yang rusak akibat gempa.
Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal saat ditemui di lokasi pengungsian mengatakan pemerintah Daerah tetap memberikan perhatian terhadap warga pengungsi yang terkena dampak gempa, soal kebutuhan air bersih, ia akan meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Perusahan Daerah Air Minum PDAM agar mendistribusikan air bersih kepada warga yang ada di kampung-Kampung.
“Saya akan menyampaikan hal ini kepada Dinas PU dan PDAM agar melakukan distribusi air bersih ke Kampung-Kampung yang kekurangan air bersih, harus pendistribusian merata” Kata Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal yang di temui Selasa (02/10) kemarin
Terkait bahan makanan, Bupati menegaskan pihaknya telah mendistribusikan ke beberapa daerah yang terkena dampak gempa bumi kemarin, beberapa daerah seperti di Pulau Haruku, Leihitu Salahutu.
“Insha allah semua sudah terdistribusi, menyangkut besar kecilnya saya kira itu kembali ke hal teknis, yang penting semua bisa mendapatkan itu secara merata,” ujarnya.
Sejak gempa bumi sebagian besar warga Kota Ambon dan Maluku Tengah masih memilih tinggal di tenda pengungsian, kekhawatiran warga kemudian memilih bertahan tinggal di tenda karena masih terdapat gempa berskala kecil, kemudian penyebaran informasi Hoax tentang tsunami dan gempa susulan yang besar menambah keyakinan warga untuk mencari jalan selamat dari pada kembali ke rumah. (AD)