MANOKWARI – Bupati Manokwari Demas Paulus Mandacan menyesalkan belum tuntasnya pembangunan box culvert (gorong-gorong) di ujung landasan Bandara Rendani. Hingga akhir 2019 pekerjaan yang tampak baru berupa pemasangan tiang pancang pada beberapa titik. Padahal pembangunan box culvert itu merupakan proyek yang dibiayai APBD Provinsi Papua Barat tahun anggaran 2019.
“Selaku Bupati saya melihat pemerintah provinsi Papua Barat tidak serius mengembangkan Bandara Rendani. Contohnya proyek pembangunan box cluvert terhenti. Tidak di kerjakan (sampai tuntas),” tandas Demas, Sabtu.
Penegasan orang nomor satu Manokwari itu menyikapi rencana Pemprov Papua Barat menarik Garuda Indonesia untuk kembali lagi melayani penerbangan domestik di Papua Barat termasuk Bandara Rendani.
Adapun pembangunan box culvert di Bandara Rendani, menurut Demas, tidak terkait langsung dengan urusan pembebasan lahan untuk penambahan runway (landasan pacu) yang sempat menuai polemik lantaran adanya pro kontra di kalangan warga sekitar Bandara. Itu sebabnya dia merasa heran kenapa proyek tersebut yang seharusnya cepat diselesaikan untuk mendukung pengembangan Bandara justru mangkrak dan terkesan diabaikan.
“Box cluvert tidak ada kaitan dengan pembebasan lahan milik warga. Itukan proyek dari Dinas Perhubungan Papua Barat, “ucap Demas.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya menyebut perpanjangan runway Bandara Rendani ditargetkan rampung pada akhir 2020. Pembangunan gorong-gorong di ujung landasan yang mengarah ke Rumah Potong Hewan merupakan bagian dari pekerjaan penambahan runway itu sendiri. Namun demikian sampai awal tahun 2020 pekerjaan fisik bahkan belum mencapai 50 persen.
“Kami bisa menambah runway sepanjang 300 meter untuk Rendani dimana akhir 2020 sudah selesai. Kami juga akan mengupayakan perbaikan di terminal tapi harus ada evaluasi besar-besaran” Kata Menhub Budi Karya (29/7) seperti di kutip dari CNN Indonesia.
Sekedar diketahui, Bandara Rendani saat ini memiliki panjang runway 2.200 meter. Rencananya Landasan pacu tersebut bakal di perpanjang lagi sejauh 300 meter agar pesawat berbadan lebar bisa mendarat.
Adapun Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua Barat Agustinus Kadakolo hingga berita ini dimuat belum bisa dimintai klarifikasi. Saat dihubungi telepon selulernya sedang tidak aktif. (AD)