WASIOR – Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor memastikan penataan kembali situs rohani Bukit Aitumeiri di Miei, Distrik Wasior akan mulai dilakukan tahun ini.
Mambor mengatakan biaya untuk revitalisasi situs bersejarah itu sudah teranggarkan dalam APBD tahun 2022.
Sesuai rencana induk yang telah dibuat, penataan Situs Bukit Aitumeiri terbagi dalam dua bagian yaitu zona inti dan zona penunjang.
Menurut bupati, untuk tahun ini penataan dimulai pada kawasan zona inti yakni mengembalikan bangunan yang ada sesuai kondisi aslinya. Sementara untuk zona penunjang masih menunggu penyelesaian detail masterplan-nya.
“Untuk (situs) Aitumeiri, tahun ini kita mulai bangun. Itu dibagi dalam dua bagian yaitu zona inti dan zona penunjang. Kalau penunjang tentunya kita tunggu masterplan jadi dulu.
Kalau zona inti kan kita kembalikan bangunan aslinya sehingga tidak harus menunggu sampai selesai masterplan, “ujar Mambor di Gedung Sasana Karya, kompleks kantor bupati di Isei, Selasa lalu.
Adapun zona inti meliputi rumah tua bekas kediaman misionaris Isack Semuel Kijne, asrama, dapur sekaligus ruang makan siswa serta beberapa bekas bangunan yang dahulu menjadi bagian dari sekolah ataupun tempat Kijne mengajar orang Papua.
Beberapa bagian lain yang juga masuk dalam zona inti adalah tempat yang dikenal dengan Batu Peradaban yang berada di kaki Bukit Aitumeiri dan Batu Inspirasi yang berlokasi di bagian atas bukit.
“Kita tetap akan kerjakan dan tahun ini kita akan kerjakan itu. Zona inti dibangun kembali. Tahun ini kebetulan kita sediakan anggaran untuk pembangunan kembali Aitumeiri, “ lanjut bupati.
Untuk diketahui, situs religi Bukit Aitumeiri merupakan salah satu peninggalan penting dalam perjalanan peradaban orang asli Papua.
Selain menjadi bukti sejarah penyebaran agama Kristen di Tanah Papua – setelah pewartaan Injil pertama kali di Pulau Mansinam, Manokwari pada 1855 – di Bukit Aitumeirilah pertama kali berdiri sekolah formal yang membuat orang asli Papua bisa tahu menulis membaca dan berhitung yang menandai lahirnya peradaban baru orang Papua.
Adalah Isack Semuel Kijne, misionaris asal Belanda yang menjadi tokoh sentralnya.
Selain mengenalkan tulis baca dan hitung dengan mendirikan sekolah formal pertama pada 1925, Kijne juga mengajarkan cara membuat lagu dan nyanyian bagi orang asli Papua serta banyak pengetahuan lainnya bagi orang asli Papua di masa itu.
Sejarah masa lalu itulah yang membuat Kabupaten Teluk Wondama saat ini dijuluki sebagai Tanah Peradaban Orang Papua.
Beberapa waktu lalu Pemkab Teluk Wondama juga telah melaksanakan seminar awal masterplan (rencana) induk penataan kembali kawasan Bukit Aitumeiri.
Sejumlah pihak menganggap revitalisasi Bukit Aitumeiri sudah mendesak dilakukan mengingat kondisi situs bersejarah itu sudah banyak mengalami kerusakan akibat termakan usia juga karena minimnya perawatan.
DPRD Teluk Wondama pun telah mendorong agar Bukit Aitumeiri ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dengan peraturan daerah sehingga bisa mendapatkan alokasi anggaran untuk perawatan dan pemeliharaannya. (Nday)