Mansel—Bupati Manokwari Selatan (Mansel) Markus Waran, Rabu (15/1) mengunjungi kampung masa kecilnya di Pulau Rumberpon, Kabupaten Teluk Wondama, tepatnya di Kampung Isenebuai. Kampung ini terdiri atas satu pulau kecil ini, Waran menghabiskan masa kecilnya bersama ombak dan pantai.
Kunjungan Waran ke kampung masa kecilnya itu dalam rangka peresmian pagar dan gapura Gereja Kristen Injili (GKI) Jemaat Oreri yang masuk dalam wilayah pelayanan Klasis Rumberpon.
Waran yang datang bersama rombongan menggunakan speedboat, langsung melompat ke pantai begitu kapal yang ditumpangi merapat di dermaga. Orang nomor satu Mansel ini berjalan di pasir tanpa alas kaki. Sesekali dia memainkan kakinya di atas pasir basah seakan ingin mengenang kembali masa-masa indahnya saat kecil di pulau cantik itu.
Tiba di pelabuhan, Waran disambut Bupati Teluk Wondama Bernadus Imburi dan Ketua DPRD Herman Sawasemariai. Sebelum menuju ke gereja, Waran didampingi kepala distrik Rumberfon dan ketua DPR Wondama berkesempatan berkeliling kampung untuk menyapa warga setempat yang tak lain adalah saudara dan kerabatnya sendiri dengan bertelanjang kaki.
Penampilannya yang tampak sederhana, jauh dari kesan sebagai seorang pejabat tinggi. Celana hitam yang dipakainya dilipat setinggi betis.
Didampingi Ketua DPRD Teluk Wondama yang juga merupakan putera asli Rumberpon, Waran bersama Herman berbaur bersama warga setempat yang telah menunggunya.
Usai menyapa warga, Bupati Waran kemudian beristirahat sejenak di kediaman kepala kampung sebelum bergerak menuju gedung gereja untuk mengikuti prosesi peresmian pagar dan gapura.
Di lokasi peresmian Waran sudah ditunggu Bupati Teluk Wondama, Bernadus Imburi yang biasa disapa Kakak Bupati.
Kedua kepala daerah itu bersama-sama diberi kesempatan melakukan peresmian gapura dan pagar gereja. Bupati Wondama menggunting pita sementara Waran yang membuka pintu pagar sebagai tanda peresmian.
“Sebagai pemerintah, saya adalah tuan rumah dan bapak bupati Mansel adalah tamu karena saya punya wilayah, tetapi sebagai masyarakat adat kami berdua adalah tuan rumah di sini,” ucap Bupati Teluk Wondama Bernadus Imburi.
Ketua DPRD, Herman Sawasemariai saat memberikan sambutan mengaku bersyukur dan bahagia karena pagar dan gapura gereja Jemaat Oreri yang merupakan proyek aspirasi dirinya sebagai wakil rakyat bisa diresmikan oleh dua kepala daerah sekaligus yakni Bupati Teluk Wondama dan Bupati Manokwari Selatan.
Tidak hanya dua kepala daerah, peresmian itu juga disaksikan dua orang pimpinan GKI yakni Ketua Klasis Rumberpon dan Ketua Klasis Ransiki.
Juga hadir dua orang bakal calon wakil bupati Teluk Wondama pada Pilkada 2020 yang juga putera dari Rumberpon yaitu Andarias Andi Kayukatui dan Zeth B.Marani.
Ini adalah sebuah sejarah bagi kampung ini maupun di seluruh Kabupaten Teluk Wondama sebab peresmian pagar dan gapura gereja ini dilakukan oleh dua orang bupati yang juga merupakan calon Bupati untuk pemilihan berikut. Dihadiri ua orang calon wakil bupati dan dua Ketua Klasis yaitu Klasis Rumberpon dan Klasis Ransiki.
“Semoga apa yang kita alami saat ini bisa menjadi awal yang baik bagi kita semua untuk senantiasa menjaga rumah ibadah ini sebagai tempat untuk menyembah Tuhan Allah. Hikmat yang kita rasakan saat ini sangat-sangat jarang terjadi, dan bahkan belum pernah terjadi sebelum-sebelumnya, ” kata Herman, politisi partai Golkar Wondama yang juga hadir para acara tersebut.
Mendapat giliran berbicara, Bupati Markus Waran mengawali sambutan dengan bercerita sekilas tentang masa kecilnya di Kampung Isenebuai.
Dulu, Waran kecil suka sekali bermain di pantai. Ikan bakar dan papeda adalah makanan favoritnya sewaktu kecil. Menu itu selalu menjadi pengisi perut kecilnya saat siang hari.
Pantai yang indah serta Papeda dengan ikan bakar yang gurih membuat Waran kecil jatuh hati dengan Rumberpon. Dia merasa senang dan betah tinggal di pulau yang menjadi pembatas Kabupaten Teluk Wondama dengan Kabupaten Manokwari Selatan itu. Sampai-sampai, dia enggan dibawa pulang sang ayah yang datang dengan perahu dari Oransbari (Mansel) untuk menjemputnya.
“Saya sampai sempat menolak untuk ikut. Saya bilang ke bapak saya, bapak pulang sendiri sudah, disini sudah enak tiap hari makan ikan dengan papeda tapi bapak saya kejar dan isi saya di karung goni dan membawa saya pulang, kami dua naik perahu dayung sampai Oransbari,” kenang Waran.
Meski jatuh hati dengan Isenebuai, Waran mengaku bersyukur bisa ikut sang ayah (sudah almahrum) ke Oransbari. Sebab di Oransbari-lah dia akhirnya bisa mengenyam pendidikan hingga akhirnya mengantar dirinya menjadi bupati pertama Manokwari Selatan.
Isenebuai sendiri merupakan kampung kecil di Distrik Rumberpon. Kampung Isenebuai meliputi satu pulau kecil yang masuk dalam gugusan kepulauan Rumberpon. Pulau merupakan pulau terluar di bagian utara yang juga menjadi titik batas antara Wondama dan Mansel. Di kampung ini hanya terdapat satu gedung gereja dan satu bangunan SD.
Terletak di daerah terluar membuat Isenebuai belum banyak mendapat jatah kue pembangunan dari Pemda setempat.
Wilayah ini belum sepenuhnya terjangkau jaringan telepon seluler.
Kampung inipun belum terhubung jaringan listrik dari PLN sehingga warga hanya mengandalkan penerangan dari solar sel atau listrik tenaga surya sekedar untuk penerangan dalam rumah.
Kalaupun ada genset, itu hanya seberapa saja. Meski demikian beberapa rumah tampak sudah memiliki antena parabola untuk televise.
Di sini, transportasi laut menjadi alat angkut utama untuk pergi keluar masuk pulau. Termasuk untuk bersekolah khususnya bagi pelajar SMP dan SMA. Mereka harus menggunakan perahu menuju Yembekiri, Ibu Kota Distrik Rumberpon yang berjarak lebih kurang 5 Km.
Meski demikian, warga di kampung ini tetap merasa betah dan nyaman. Mereka juga bahagia walau jauh dari kemajuan peradaban modern. (Zoe).