WASIOR – Kantor Bea dan Cukai Manokwari siap membantu Pemkab Teluk Wondama memasarkan hasil produksi kelautan dan perikanan Wondama ke pasar ekspor.
Beberapa komiditi yang dinilai potensial menembus pasar ekspor antara lain ikan segar, teripang, lola dan beberapa jenis hasil laut lainnya.
Kepala Kantor Bea Cukai Manokwari Johan Pandores menyampaikan itu pada Pertemuan Pemaparan Hasil Survey Sasi Menarbu dan Auri di pendopo kediaman dinas Sekda di Manggurai, Wasior, Rabu (11/11/2020).
“Bea Cukai akan bantu pasarkan karena Bea Cukai punya perwakilan di Hongkong, Singapura, Jepang dan lainnya. Gak apa-apa kita manfaatkan itu untuk carikan pasarnya. Yang penting bantu kami dengan data-data seperti apa spesifikasinya, berapa banyak (hasil produksinya) dan kira-kira waktunya kapan karena ini yang penting, “kata Johan.
Johan mengatakan dalam beberapa waktu terakhir ini pihaknya terus mendorong pemda-pemda di Provinsi Papua Barat untuk mulai membidik pasar ekspor.
Sebab dengan mengekspor langsung ke pasaran luar negeri, pemda dan tentunya masyarakat penghasil akan mendapatkan beragam nilai tambah.
Antara lain, Pemda bersangkutan akan mendapatkan apa yang disebut dengan Dana Alokasi Ekspor (DAE) dari Pemerintah Pusat. Pemda juga akan mendapatkan semacam insentif khusus yang akan diperhitungkan dalam DAU maupun DAK yang ditransfer ke daerah.
“Selama ini ekspor dari Wondama ke luar negeri apa ? tidak ada. Tapi kalau nanti ada ekspor ke luar negeri, ada Dana Alokasi Ekspornya, ada, karena ini tercatat di Bank Indonesia ada ekspor dari Wondama. Jadi ada DAE yang balik ke Pemda untuk kepentingan nelayan petani,”papar Johan.
Namun yang jauh lebih utama, lanjut Johan adalah dengan menembus pasar ekspor maka nilai jual produk akan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan penjualan dalam negeri.
Hal itupun secara otomatis akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat Wondama dalam hal ini nelayan maupun petani yang menjadi pelaku usaha perikanan dan kelautan.
“Nama Wondama akan terangkat dan eksistensinya akan dikenal di luar negeri. Juga ada peningkatan perekonomian masyarakat karena dari sisi harga itu jauh dari yang pasaran dalam negeri dan luar negeri.
Jangan sampai yang untung banyak pengepul-pengepul di Jakarta, Surabaya dan lain-lain sementara masyarakat masih kita di sini masih hidup begitu-begitu saja,” lanjut Johan.
Dalam kesempatan itu pengelola sasi di Kampung Menarbu dan Kepulauan Auri Distrik Roon yang didampingi WWF Indonesia melaporkan hasil survey terhadap pelaksanaan Sasi laut di wilayah laut setempat.
Dari survey itu diketahui secara umum terjadi peningkatan populasi ikan jenis tertentu pada daerah tutupan sasi pada rentang waktu penutupan hingga pembukaan sasi antara 1 sampai 2 tahun. Meskipun pada kawasan tertentu terutama yang jauh dari pemukiman ditemukan adanya penurunan polulasi.
Khusus di Kampung Menarbu, pelaksanaan sasi diakui telah berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat. Dari hasil survey diketahui sebagian besar nelayan setempat kini sudah memiliki tabungan di bank.
Warga juga telah membentuk badan usaha milik kampung (BumKa) bekerjasama dengan pemerintah kampung sebagai wadah penampung sekaligus memasarkan hasil tangkapan nelayan.
Ketua BumKa Yenui Kampung Menarbu, Yustus Menarbu melaporkan, hasil tangkapan nelayan terutama ikan segar yang berhasil dipasarkan dalam periode Maret hingga April 2020 telah mencatat peningkatan yang cukup signifikan.
Tertinggi terjadi pada minggu ketiga Maret 2020 di mana jumlah penjualan BumKa Yenui khususnya ikan segar mencapai 178 Kg.
Adapun pasarnya sejauh ini terbanyak masih di pasar lokal Wasior juga ke Koperasi Bekal Manokwari.
“Target pasar (ke depan) adalah pedagang di Sorong, Makasar dan China, “kata Yustus dalam pertemuan yang dipandu Sekda Denny Simbar.
Pemkab Teluk Wondama sendiri menyambut baik peluang ekspor produk perikanan dan kelautan yang difasilitasi oleh Kantor Bea dan Cukai Manokwari.
Menurut Sekda Denny Simbar, peluang tersebut harus dijawab dengan memastikan ketersediaan produksi hasil perikanan terutama ikan segar dalam jumlah yang cukup agar bisa menjawab permintaan pasar ekspor.
“Kalau peluang sudah terbuka maka produksi harus ada terus menerus. Jadi mungkin perlu ada mapping (pemetaan) wilayah laut kita supaya jelas mana yang bisa di-sasi, mana yang ditutup mana yang dibuka untuk bisa jawab permintaan pasar ekspor, “kata Simbar.
Pemkab Wondama, lanjut Sekda juga siap menopang para nelayan dengan bantuan permodalan maupun peralatan agar produksi perikanan dengan pola konservasi lokal berupa sasi bisa terus meningkat sehingga bisa menembus pasar ekspor.
“Ada kewajiban Pemda untuk fasilitas nelayan kebutuhan nelayan yang mengelola sasi, itu sudah pasti. Tapi yang penting bagaimana kita memastikan produksi ini bisa ada terus karena kalau sudah ekspor dan kualitasnya bagus pasti permintaannya akan tinggi, nah bagaimana kita bisa memenuhi itu, “ ucap Simbar. (Nday)