Virus ASF, Dinas PKH Papua Barat Sisir Kampung Lakukan Edukasi, Pengobatan dan Pengambilan Sampel Ternak Babi

MANOKWARI- Menindaklanjuti wabah Virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi yang menyerang ternak warga Tim Gabungan yang terdiri dari dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) provinsi papua barat dan kabupaten Manokwari, stasiun karantina Pertanian kelas l Manokwari dan Tim dari Balai Besar Veteriner Maros Sulawesi Selatan menyisir langsung kampung-kampung untuk melaksanakan pengobatan dan pengambilan sampel terkait kematian ternak babi yang terinfeksi oleh virus ASF, yang akan dijadikan laporan ke Balai Besar Veteriner Maros untuk diuji di laboratorium guna memastikan kematian ternak karena terinfeksi virus tersebut.

Selain pengambilan sampel, Tim gabungan yang dipimpin langsung oleh
kabid kesehatan hewan dan kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Atus Sayori S.Pt MP juga melakukan penyuntikan vitamin kepada ternak babi sekaligus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar ternak babi dikandangkan dan jangan dibiarkan berkeliaran.

Tim mendatangi sejumlah kampung yang ada di Manokwari hingga ke kabupaten Mansel untuk melihat kondisi di lapangan sekaligus mengambil sampel dan memberikan suntikan vitamin bagi ternak Babi yang masih tersisa.

Pantauan dilapangan sejumlah kampung yang memiliki banyak ternak babi sebelumnya, namun karena endemi dari virus ini hanya menyisahkan beberapa ekor saja bahkan ada kampung yang dijumpai sudah tidak ada babi.

Bacaan Lainnya
Baca Juga :   DPRD Haltim Gelar Rapat Paripurna Penyampaian Kua ppas Tahun Anggaran 2022

Salah satu kampung peternak babi di Manokwari distrik Tanah Rubuh yang dikenal sebagai kampung yang memiliki hewan ternak babi paling banyak, juga terdampak dengan virus ini. kematian mendadak terutama pada anak babi kecil dan babi yang dibiarkan diluar tidak dikandangkan sehingga penyebaran virus tersebut potensi terjadi dengan kontak langsung sesama babi yang berada di luar (Tidak dikandangkan).

Dari pengakuan beberapa warga yang dijumpai, mengatakan bahwa mulai bulan maret hingga april ternak babi peliharaan mereka semua satu persatu mati dan tidak mengetahui pasti penyebabnya namun kasus kematian ternak seperti ini sebelumnya ditahun 2019 pernah terjadi.

Diduga penyebaran virus ASF yang menyerang ternak babi berasal dari daging babi yang dijual di pasar Wosi, Manokwari namun belum diketahui secara pasti asal mula masuknya virus tersebut ke Manokwari.

African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 % sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan.

Kabid kesehatan hewan dan kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Atus Sayori S.Pt MP menjelaskan bahwa virus ini hanya menyerang ternak babi dan sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya.

Baca Juga :   Serahkan Laporan Hasil Pengawasan, BPKP Pabar Bahas Stunting dan Aset

“ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat. ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis),” terang Sayori.

Sayori menyebut tanda-tanda Klinis ASF yakni, Kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum, Diare berdarah, Berkumpul bersama dan kemerahan pada telinga, Demam (41 derajat Celsius), Konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang2 muntah, diare atau sembelit, Pendarahan Kulit Sianosis, Babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas, dan tidak mau makan.

“ASF dapat menyebar melalui Kontak langsung Serangga, Pakaian, Peralatan peternakan, Kendaraan dan Pakan yang terkontaminasi” kata Sayori.

Dikatakan Sayori, Untuk babi yang terkena penyakit ASF, isolasi hewan sakit dan peralatan serta dilakukan pengosongan kandang selama 2 bulan.

Sedangkan Untuk babi yang mati karena penyakit ASF dimasukkan ke dalam kantong dan harus segera dikubur oleh petugas untuk mencegah penularan yang lebih luas.

Pihaknya berharap agar dimasa endemi saat ini, tidak diperkenankan menjual babi/ karkas yang terkena penyakit ASF serta tidak mengkonsumsinya karena Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk pencegahan penyakit ASF selanjutnya akan melakukan koordinasi dengan gubernur dan bupati agar segera mengeluarkan intruksi terkait itu.

Baca Juga :   Diikuti 50 Grup, Yospan Jalan Millenial Road Safey Festival di Wasior Meriah

Penyakit ini merupakan ancaman bagi populasi babi di Indonesia yang mencapai kurang lebih 8,5 juta ekor

Berdasarkan kajian analisa risiko, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF ke Indonesia diantaranya melalui, pemasukan daging babi dan produk babi lainnya, sisa-sisa katering transportasi intersional baik dari laut maupun udara, orang yang terkontaminasi virus ASF, kontak dengan babi di lingkungannya.

Adapun Langkah strategis utama dalam mencegah terjadi ASF kata Sayori adalah melalui penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik serta pengawasan yang ketat dan intensif untuk daerah yang berisiko tinggi

“Upaya deteksi cepat melalui kapasitasi petugas dan penyediaan reagen untuk mendiagnosa ASF ini telah dilakukan oleh laboratorium Kementerian Pertanian yakni Balai Besar Veteriner Maros sulawesi selatan untuk melakukan uji diagnosa tersebut” Terang Sayori.

Hal penting lainnya yang dilakukan adalah sosialiasi kepada peternak dan advokasi kepada pimpinan daerah terkait ancaman ASF karena sampai saat ini peternak masih awam mengenai virus ASF

Sayori juga mengungkapkan bahwa, pengadaan ternak sendiri oleh dinas dimasa endemi saat ini akan dipending sampai wabah meredah dan memastikan virus-virusnya sudah tidak ada

Pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pemerintah untuk segera mengeluarkan instruksi baik provinsi maupun kabupaten guna meminimalisir penyebaran wabah ini.(R)

Pos terkait