Sudah 78 Tahun Indonesia Merdeka, Kampung Oyaa di Pedalaman Wondama Masih Tetap Terisolir karena Tak Ada Jalan Darat

WASIOR – Bangsa Indonesia sudah menikmati kemerdekaan selama 78 tahun. Namun demikian masih banyak wilayah yang sampai saat ini belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.

Salah satunya adalah Kampung Oyaa, Distrik Naikere di Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat.

Letaknya yang jauh di pedalaman membuat kampung Oyaa masih terisolasi dari peradaban modern.

Kampung kecil yang terletak di perbatasan Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Kaimana ini sama sekali belum terhubung jalan darat.

Warga setempat harus berjalan kaki berhari-hari melewati hutan belantara dengan medan mendaki dan turunan curam untuk mencapai pusat distrik/kecamatan di Naikere.

Kondisi itu membuat warga Oyaa masih hidup dalam kondisi serba kekurangan dan keterbelakangan.

Mayoritas warga setempati masih buta huruf. Anak-anak usia sekolahpun banyak yang belum melek huruf karena layanan pendidikan belum berjalan dengan baik.

Demikian pula pada bidang kehidupan lainnya seperti kesehatan, ekonomi dan sosial juga infrastruktur. Semuanya masih jauh dari kata cukup.

Memang, untuk keluar masuk Oyaa bisa menggunakan jalur udara yakni dengan helikopter. Namun dengan kondisi mereka yang serba terbatas hal itu tentu saja sulit dilakukan.

Baca Juga :   Kembangkan Pendidikan di Papua Barat, Infid Melalui Usaid Kolaborasi Gelar Dialog Multi Pihak

Kalaupun ada helikopter yang datang, biasanya terjadi ketika ada kunjungan dari pejabat pemerintah. Atau manakala ada misi kemanusiaan dari gereja atau lembaga lainnya.

Pemkab Teluk Wondama bukannya tidak berbuat apa-apa. Banyak hal telah dibuat terutama penyiapan sarana dan prasana seperti sekolah, Puskesmas pembantu, perumahan, tempat ibadah hingga sarana telekomunikasi. Juga berbagai bantuan sosial lainnya.

Namun tidak bisa dipungkiri, ketiadaan akses jalan membuat pelayanan pemerintahan dan pembangunan tidak bisa berjalan maksimal.

Maka, bersamaan dengan momen perayaan HUT Kemerdekaan ke-78, warga Kampung Oyaa kembali menyulam asa untuk bisa merasakan nikmatnya buah kemerdekaan itu.

Kepada Bupati Hendrik Mambor dan Wakil Bupati Andarias Kayukatuy yang berkunjung ke Oyaa pada 11 Agustus 2023, warga setempat memohon agar ada perhatian khusus bagi mereka yang tinggal di pedalaman terpencil itu.

Baca Juga :   Tangkap Ikan Pakai Bom di Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Nelayan asal Nabire Raup 13 Juta Sekali Turun

Tak banyak yang diminta. Warga Oyaa hanya ingin pemerintah segera membuka akses jalan darat sehingga mereka bisa terbebas dari keterisolasian dan bergerak menuju peradaban baru yang lebih baik.

“Sangat dibutuhkan akses jalan. Kalau akses jalan sudah ada, pasti yang lain-lain sudah bisa dibangun, “kata salah seorang pria warga Oyaa melalui rekaman video yang dibagikan Bagian Protokol Pemkab Teluk Wondama.

“(Kami) juga perumahan, “lanjut pria itu usai mengikuti acara tatap muka dengan bupati dan wakil bupati di Kampung Oyaa.

Terkait itu, Bupati Hendrik Mambor usai upacara peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Isei, Kamis, mengakui, belum adanya akses jalan membuat Pemda kesulitan melakukan pembangunan di Kampung Oyaa.

Sejauh ini, Oyaa menjadi satu-satu kampung/desa dari 75 desa yang ada di Kabupaten Teluk Wondama yang masih terisolir.

“Tapi kita bersyukur karena tahun ini dari PU Provinsi (Provinsi Papua Barat) sudah melakukan survey untuk membuka ruas jalan dari arah Urere ke Oyaa. Kira-kira satu minggu lalu tim survey dari dinas PU Provinsi sudah turun survey, “ungkap Mambor.

Baca Juga :   PT. ANI Polisikan Sejumlah Oknum yang Diduga Mencuri Sample Ore

Urere sendiri adalah kampung terdekat dari Oyaa yang berjarak lebih kurang 12 kilometer. Meski terbilang dekat namun medan di kawasan itu cukup berat karena berupa perbukitan dengan lembah yang curam juga dipenuhi rawa-rawa dan banyak sungai besar.

Maka dari itu, bupati berharap pembukaan jalan menuju Kampung Oyaa oleh Pemprov Papua Barat secepatnya dapat terealisasi sehingga kemiskinan dan keterbelakangan yang telah bertahun-tahun dirasakan warga Oyaa bisa teratasi.

Hanya dengan begitu maka kemerdekaan yang telah dinikmati bangsa ini selama 78 tahun juga bisa dirasakan penduduk asli Papua yang mendiami tanah Mairasi, negeri seribu kali di Kabupaten Teluk Wondama.

“Mudah-mudahan kita mendorong supaya secepatnya direalisasi Pembangunan jalan ke arah Oyaa. Karena tentunya dengan akses transportasi maka keperluan yang lain, pembangunan yang lain dapat berjalan dengan baik, “ucap Mambor. (Nday)

Pos terkait