Situs Batu Peradaban Aitumeiri di Wondama Diresmikan, Ketua Sinode GKI Ajak Umat Hayati Kata-kata Pendeta I.S Kijne

WASIOR, Kabartimur.com – Situs Batu Peradaban Aitumeri, di Miei, Distrik Wasior Kabupaten Teluk Wondama yang menjadi cikal bakal lahirnya peradaban baru orang Papua, Kamis (15/8) diresmikan.

Peresmian situs religi bersejarah bagi orang Papua yang telah melalui proses revitalisasi dilakukan oleh Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua Pendeta Andrikus Mofu.

Ikut meresmikan Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor serta Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Daerah Wondama Adrian Worengga.

Penjabat Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere hadir langsung untuk menyaksikan prosesi peresmian situs yang menyimpan sejarah dimulainya pendidikan formal pertama bagi Orang Asli Papua oleh Penginjil asal Belanda Domine Izaak Samuel Kijne (I.S Kijne).

Ketua Sinode GKI di Tanah Papua Pendeta Andrikus Mofu dalam sambutannya mengajak umat Kristen di Papua merefleksikan kembali kata-kata I.S Kijne saat menjalankan misi penginjilan di Teluk Wondama tepatnya di Bukit Aitumeiri, Miei pada 1925.

Baca Juga :   2020 Tahun Baik, Bupati Imburi Serukan Stop Bicara Tipu Alias Kabualan

Yakni, “Di atas Batu ini Saya Meletakkan Peradaban Orang Papua , ….

Yang dilanjutkan dengan pernyataan “Barang Siapa yang Bekerja di Tanah Ini dengan Setia, Jujur dan Dengar-dengaran, maka Ia akan Berjalan dari Tanda Heran yang Satu ke Tanda Heran yang Lain.

“Kita bisa mengusahakan apapun. Berupaya untuk melakukan apapun tetapi perubahan itu hanya dapat dilakukan dengan dengar-dengaran. Dengar-dengaran akan Injil itu menjadi hal yang penting yang menentukan perubahan di masyarakat, “ujar Pendeta Mofu.

Andrikus Mofu enekankan, peresmian Situs Batu Peradaban yang menjadi dasar lahirnya peradaban baru Orang Papua hendaknya dimaknai dengan terus menjadi pribadi yang setia dan dengar-dengaran akan Firman Tuhan.

“Kijne mengingatkan kita, dengar-dengaran akan Injil menjadi syarat untuk bisa menghadirkan perubahan di masyarakat, “pesan Mofu lagi.

Pj Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere mengaku bersyukur dirinya bisa menjadi saksi peresmian Situs Batu Peradaban yang menyimpan sejarah tentang orang asli Papua pertama kali mengenal tulis baca dan berhitung.

Baca Juga :   Pilih Pisah dari Imburi, Paulus Indubri : Wondama Butuh Pemimpin yang Cepat dan Cerdas

“Ini hal yang luar biasa sekali dan saya berterima kasih, memberi apresiasi saya bisa diundang hadir untuk menyaksikan dan tentunya bersama-sama pada 99 tahun (sejak 1925) (peresmian situs) Batu Peradaban di tanah Papua ini, “ucap Temongmere.

Tertunda sejak Pemerintahan Periode I

Bupati Hendrik Mambor menjelaskan, revitalisasi atau penataan kembali kawasan situs bersejarah Aitumeiri yang di dalamnya terdapat Situs Batu Peradaban sejatinya telah dirintis sejak periode pertama pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama pada 2005-2010 yang dipimpin bupati mendiang Alberth Torey.

Namun rencana itu terus tertunda selama lebih kurang 15 tahun karena berbagai kendala.

Sampai akhirnya pada masa kepemimpinan dirinya bersama Wakil Bupati Andarias Kayukatuy, rencana itu akhirnya terwujud dimulai dengan menata ulang kompleks Situs Batu Peradaban.

“Awalnya kami agak ragu karena APBD sangat terbatas. Tapi terima kasih kita mendapatkan dukungan anggaran dari Pemerintah Provinsi (Papua Barat) juga dari APBN untuk memulai membangun situs sejarah peradaban Orang Papua di Bukit Aitumeiri. Kawasan ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi tanah Papua,” kata Mambor.

Baca Juga :   Tolak untuk Bangun Jalan dan Jembatan, Elysa Auri : Dana Otsus Harus Sepenuhnya untuk Orang Papua

Revitalisasi Situs Batu Peradaban dimulai pada 2023 dengan sumber anggaran APBD Kabupaten Teluk Wondama sebesar Rp4 miliar.

Pemkab Teluk Wondama sendiri telah mempersiapkan rencana induk pembangunan kembali kawasan Situs Aitumeiri yang di dalamnya terdapat Situs Batu Peradaban, bekas bangunan rumah tinggal Pendeta I.S Kijne serta bekas sekolah dan asrama yang dibangun pada 1925.

Juga Situs Batu Inspirasi yang merupakan tempat I.S Kijne dahulu biasa bermeditasi untuk mendapatkan inspirasi dalam menjalankan misi penginjilan dan pendidikan di tanah Papua.

Pemkab juga telah mengusulkan ke Pemerintah Pusat agar Situs Religi Aitumeiri dijadikan sebagai cagar budaya. (Nday)

 

Pos terkait