MANOKWARI, Kabartimur.com– Rudolf Anthonius Tondok, salah satu pengusaha media di Tanah Papua, memutuskan pilihannya mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari daerah pemilihan Papua Barat.
Rudolf menyampaikan dokumen dukungan minimal pemilih sebagai salah satu syarat pendaftaran pada Minggu (8/1/2023) siang ke KPU Papua Barat; yang dilaksanakan di aula Kantor KPU Kabupaten Manokwari.
Dalam dokumen yang disampaikan ke KPU Papua Barat, pesebaran pemilih yang mendukung sosok yang dikenal sebagai figur yang sederhana dan low profile ini berasal dari seluruh daerah di Papua Barat, walau sebaran syarat dukungan minimal untuk pendaftaran cukup dari 4 kabupaten.
Hal tersebut menunjukkan bahwa konstituensi dan penyebaran pendukung Rudolf cukup merata pada seluruh Dapil di Papua Barat.
“Sampai sekarang dukungan warga melalui KTP terus mengalir ke tim administrasi. Cuma karena waktu sangat sempit, tim putuskan untuk penuhi dulu syarat minimal dengan mendaftarkan sekitar 1300-an KTP pendukung. Mudah-mudahan tidak ada kendala,” ucap Rudolf sebelum pendaftara.
Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen dilaksanakan oleh petugas KPU yang disaksikan oleh Ketua KPU Papua Barat Paskalis Semunya, para komisioner KPU dan Anggota Bawaslu Papua Barat, Nurlaila Muhammad. Dalam seluruh indikator, dokumen yang disampaikan oleh Rudolf dinyatakan sesuai dan lengkap.
“Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh tim pemeriksa, maka dokumen ini dinyatakan diterima,” kata Paskalis.
“Salam Putih”, adalah tagline Rudolf sebagai bakal calon senator Papua Barat yang identik dengan Kemeja Putih. Dalam perspektifnya, warna putih secara filosofis bermakna kemurnian, ketulusan dan kesederhanaan yang menjadi nilai dasar Rudolf dalam menjalani kehidupannya, termasuk sebagai nilai yang mendorongnya mencalonkan diri sebagai anggota DPD.
Profil Rudolf
Rudolf lahir di Rantepao, 16 November 1963 sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan yang kini menjadi ibukota daerah otonom baru, Kabupaten Toraja Utara. Ia lahir dan tumbuh dalam keluarga yang sederhana dan lingkungan dunia pendidikan baik dari ibu maupun ayahnya.
Ayah Rudolf, almarhum Johanis Tondok adalah tokoh pendidikan di jantung pulau Sulawesi, Toraja. Johanis berprofesi sebagai guru, dan pernah menjadi Kepala SMP Negeri 2 Rantepao.
Ia juga pernah menjadi Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tana Toraja. Ibunya, Elisabeth Palinggi’, juga berprofesi sebagai guru yang juga pernah menjabat sebagai kepala sekolah pada sekolah yang pernah dipimpin suaminya.
Rudolf pernah mengenyam pendidikan tinggi di berbagai perguruan tinggi. Antara lain di Fakultas Teknik Sipil di Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Namun pada dua perguruan tinggi ini, Rudolf tak menyelesaikan studinya. Ia kemudian melanjutkan studinya yang terputus itu di Politeknik Institut Teknologi Bandung Jurusan Elektronika hingga meraih gelar diploma.
Berbekal ilmu yang didapatkan di bangku kuliah, Rudolf mengawali kariernya di Indosat sejak 1986-1997. Di perusahaan yang dipimpin mentor sekaligus pamannya Prof. Jonathan L. Para’pak ini– kini Rektor Universitas Pelita Harapan– Rudolf menangani operasional dan maintenance sistem komunikasi kabel laut.
Sesudah itu Ia ditugaskan pada bagian komunikasi data sebelum bergabung pada divisi pengembangan usaha. Divisi inilah yang merencanakan dan merancang terbentuknya Indosat net yang merupakan salah satu pionir provider dan jaringan internet di Indonesia.
Sembari bekerja Ia melanjutkan studi di STIMIK Gunadarma (Kini Universitas Gunadarma), Jakarta hingga meraih gelar Sarjana Manajemen Informatika.
Tak hanya di bangku kuliah, untuk mengembangkan kapasitasnya sebagai profesional serta pengembangan Indosat, Ia pernah mengikuti pendidikan tentang fiber optik di Lannion, Perancis dan di Virginia, Washington Amerika Serikat; Sidney, Australia dan Singapura untuk jaringan komunikasi data.
Sumberdaya yang dimiliki Rudolf merupakan salah satu tulang punggung dari terbentuknya Indosat net.
Pada tahun 1997 Rudolf memilih melanjutkan kariernya di PT. Trafindo Perkasa., Tbk sebagai Senior Manager.
Di sela kesibukannya sebagai Profesional muda ketika itu, Rudolf menyempatkan diri dalam pelayanan gerejawi. Rudolf pernah menjadi Ketua Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Jemaat Kramat Jakarta dan Ketua Sekolah Minggu Gereja Toraja Klasis Pulau Jawa. Setelah menikah Rudolf diberi amanah sebagai Majelis Gereja Toraja Jemaat Kelapa Gading selama 2 periode.
Pada masa inilah Rudolf juga aktif dalam kegiatan pelayanan diakonia ke wilayah pelosok antara lain ke pedalaman Rongkong, Seko (Luwu, Sulsel), serta pedalaman Kalumpang dan Mariri di Mamuju Sulawesi Barat.
Pada tahun 2001 Ia kemudian memilih mandiri dan mendirikan perusahaan di bidang konsultan. Di perusahaan inilah Ia mendapat kepercayaan dalam perencanaan infrastruktur pasca Tsunami Aceh – Nias yang membuatnya berdomisili selama kurang lebih 3 tahun di Bumi Serambi Mekkah ini. Selama itu Ia berkutat dalam upaya rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh.
Rudolf yang akrab disapa Nefo, kemudian melakukan ekspansi usaha ke Papua Barat pada tahun 2008, dengan melihat pentingnya percepatan pembangunan di Wilayah ini. Tak hanya bergerak di bidang konsultan, Ia juga melakukan diversifikasi usaha dengan mendirikan perusahaan media yakni Papuapress, sebuah media cetak harian yang berbasis di Manokwari.
Perhatiannya terhadap Papua Barat juga membuatnya mengambil bagian dalam upaya pemekaran Kabupaten Manokwari Selatan.
Meski tidak secara formil menjadi bagian dari tim namun ia menyediakan Rumahnya di Kawasan Pejaten, Jakarta Selatan sebagai basecamp tim pemekaran Mansel di Jakarta. Rumah yang sama juga sempat dihuni anak-anak Papua yang melanjutkan studi/kuliah di ibukota.
Keluarga
Anak keempat dari 7 bersaudara ini memiliki 2 orang anak, Imanuel Paembonan Tondok dan Khania Febe Eunike Tondok dari pernikahannya dengan Leny Apriyanti Paembonan. Istrinya berprofesi sebagai staf pengajar pada salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Anak sulungnya, Imanuel adalah Jebolan Auckland University of Technology (AUT) , Selandia Baru dengan konsenstrasi studi Teknologi Informasi; sementara putri bungsunya Khania kini menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Rudolf mengatakan Papua membutuhkan suatu perubahan yang progresif untuk mengejar ketertinggalannya dengan daerah lain dimana DPD RI merupakan salah satu stakeholeder strategis yang mampu mendorongnya secara efektif. Terutama bersuara soal keadilan pembangunan.
Berangkat dari lingkungan keluarga dan profesi yang membentuknya, Ia menaruh perhatian utama pada pengembangan SDM kaum muda, pendidikan maupun percepatan pembangunan infrastruktur.
“Para pejabat publik yang diberi amanah oleh rakyat melalui rangkaian Pemilu 2024 menurut saya perlu mendasarkan diri pada kemurnian cita-cita, ketulusan dan kesederhanaan dalam mengemban tugas-tugas Politiknya,” sebut Rudolf.
Di sela kesibukannya, Rudolf yang tumbuh dalam habitus dunia pendidikan dan digembleng dalam dunia profesi yang kompetitif tidak pernah merasa jumawa atau cukup dengan pengalaman dan keilmuannya. Kini ia menempuh pendidikan pasca sarjana di Universitas Widyatama Bandung dengan konsentrasi studi manajemen. (Red/*)