Peran Strategis Satra Daerah Papua Sebagai Bagian Integral Identitas Papua Dalam Pendidikan di Tanah Papua

Oleh: Leon Agusta, S.S., M. Eng. Lit.

(Dosen Universitas Papua)

I. Pendahuluan

Karya sastra adalah bagian dari kehidupan manusia dari zaman ke zaman dan berperan merefleksikan kehidupan manusia. Sastra sebagai bagian dari produk kebudayaan umat manusia merupakan cerminan dari perikehidupan komunitas pribadi dan sosial kemasyarakatan di mana karya sastra itu dihasilkan (Sumarjo, Y dan Saini K. M., 1986).

Pengalaman- pengalaman visual, psikologis, emosional, dan spiritual manusia diterjemahkan dalam bentuk lisan dan tulisan kemudian didistribusikan secara kebudayaan dan komersial baik secara eksklusif maupun inklusif.

Sastra dalam bentuk lisan diwariskan secara turun- temurun oleh suatu komunitas suku bangsa dari generasi ke generasi dan menjadi bagian integral identitas suku bangsa tersebut.

Secara khusus di Papua, sastra daerah masih terus memainkan peran yang strategis dalam pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia Papua. Kesadaran akan identitas kePapuaan merupakan sesuatu yang sangat berharga yang harus tetap dipertahankan salah satunya melalui pengenalan dan pelestarian asal usul sastra daerah dalam bentuk cerita rakyat, puisi, dan drama menjadi sangat krusial karena perubahan zaman menawarkan begitu banyak produk-produk budaya terbaru yang mau tidak mau harus diakui dapat menggerus identitas antar generasi di Tanah Papua (Deda dan Mofu, 2014).

Penelitian dengan visi pelestarian sastra daerah Papua sudah sangat banyak dilakukan baik oleh institusi akademis seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian di bawah pemerintah, lembaga penelitian mandiri, maupun peneliti- peneliti berbasiskan korporasi dengan kepentingan ekspansi bisnis.

Penelitian- penelitian tersebut tentunya memberikan sumbangsih kepada masyarakat atau suku pemilik produk sastra daerah dalam berbagai level.

Pada sisi akademis hasil- hasil penelitian banyak diseminasikan, dipublikasikan dan diarsipkan. Pada sisi lain, penelitian- penelitian yang dilaksanakan oleh lembaga- lembaga penelitian pemerintah diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan tindak lanjut program- program yang secara langsung dapat berdampak kepada masyarakat.

Sebagai produk budaya, sastra daerah atau folklor pada umumnya biasanya diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi (Danandjaja, 1984).

Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam pelestarian warisan budaya sastra lisan daerah kepada anak- anaknya. Momen- momen dalam kehidupan baik secara formal dan informal menjadi waktu di mana orang tua menceritakan kisah- kisah yang juga diterima dari generasi sebelumnya kepada anak- anaknya.

Momen- momen bercerita tersebut yang pada kenyataannya semakin menghilang seiring waktu akibat dari banyak faktor. Kemajuan zaman dengan berbagai tawaran produk budaya baru yang bersifat global dan secara visual maupun emosional menarik dan menjadi trend di kalangan generasi muda adalah salah satu faktor yang mengakibatkan semakin kurangnya waktu dan minat untuk mendengarkan dan mewarisi sastra daerah yang dimiliki oleh suku bangsanya.

Di sisi pendidikan, suatu hal yang pasti bahwa generasi muda sudah sepatutnya tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan keahlian yang didapat pada pendidikan formal dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Baca Juga :   Jaksa Agung RI Tegaskan Komitmen Pengawasan Tata Kelola Pemerintahan Desa dan Dana Desa

Ilmu pengetahuan dan keahlian yang dilengkapi dengan penguasaan serta sikap identitas kemanusiaan yang didasarkan kepada asal usul budaya dan kemasyarakatan akan memperlengkapi generasi muda, khususnya di Papua dalam menghadapi persaingan di era global sekarang ini.

Mengapa hal ini penting? Karena manusia selalu membutuhkan keseimbangan, tidak hanya berkutat dengan pendidikan formal namun juga membutuhkan kehidupan sosial yang akan membentuknya menjadi manusia seutuhnya.

Salah satu warisan budaya yang merupakan bagian dari identitas tersebut adalah sastra daerah yang hidup dan berkembang dalam suku- suku bangsa dan diyakini sebagai media pembelajaran orang- orang suku tertentu untuk menjalani bahkan memperthankan hidup.

Keseimbangan hidup antara ilmu pengetahuna modern dengan kearifan lokal yang berkar dari budaya sendiri akan memberikan keuntungan kepada generasi muda Papua di era kemajuan dan persaingan yang semaki terbuka dan ketat.

II. Pembahasan

Secara definisi, sastra adalah produk rekaman pengalaman dan pemikiran manusia yang diwujudkan dalam bentuk lisan dan tulisan.

Di era modern karya sastra lebih banyak ditemui dalam bentuk tulisan seperti novel, kumpulan puisi, dan teks drama. Seiring perkembangan zaman karya sastra sekarang ini bahkan dapat dinikmati dalam bentuk digital yang dapat diakses kapan dan di mana saja.

Sebagai bagian dari warisan kebudayaan suatu suku bangsa maka sastra memainkan peran yang sangat penting dalam identifikasi orang- orang dari suku bangsa tersebut.

Sastra daerah yang diwariskan secara turun temurun dalam bentuk lisan antar generasi mengandung nilai- nilai luhur yang filosofis tentang kehidupan. Pewarisan ini menjadi sangat penting mengingat proses penghayatannya oleh generasi terkemudian membutuhkan waktu yang tidak sebentar melainkan terus menerus dari usia dini sampai menuju kedewasaan di mana setiap individu yang mewarisinya tidak hanya akan memahami isinya namun juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Filosofi hidup tersebut akan menjadi penanda dan jembatan yang memperkuat relasi dengan generasi yang lebih tua, sebaya, maupun yang lebih muda. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran dan rasa memiliki suku bangsa oleh orang- orang yang melalui proses pewarisan tersebut dengan baik dan tekun.

Kesadaran dan rasa memiliki warisan budaya adalah merupakan penghargaan kepada asal usul serta identitas individu manusia. Kesadaran bahwa seseorang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu komunitas sesungguhnya dapat memperkuat jatidiri pribadi dengan perannya di dalam komunitas tersebut.

Secara khusus di Papua, kesadaran tersebut masih cukup kuat namun seiring perjalanan waktu yang ditandai dengan perubahan tata kehidupan, baik itu kehidupan sosial maupun individu, maka kesadaran tersebut berada pada posisi terancam (Normawati dkk, 2007). Ancaman yang dimaksud di sini adalah potensi perubahan pola pikir serta pola tindak generasi muda Papua yang lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan baru yang muncul dalam pergaulan verbal mapun interaksi di media sosial.

Baca Juga :   Pengajuan TPP Harus Disertai Laporan Kinerja

Kebiasaan- kebiasaan baru tersebut pada kenyataannya banyak berasal dari budaya modern yang berkembang di dunia barat maupun di Indonesia secara cepat dan seolah nyaris tak terbendung.

Contohnya adalah sikap individualistik yang merupakan akibat dari banyaknya waktu yang dihabiskan generasi muda dengan gadget atau telepon seluler mereka yang menawarkan nyaris apapun yang diperlukan oleh manusia di zaman sekarang.

Tentu bukan pekerjaan yang mudah bagi semua pemangku kepentingan untuk menggugah dan menumbuhkan kembali kesadaran serta rasa memiliki warisan budaya leluhur kepada generasi muda Papua yang memiliki pola pikir yang semakin kompleks.

Namun upaya tersebut tentunya sangat layak dilakukan dengan serius dan membutuhkan kerjasama yang solid antar pihak yang terkait. Orang tua, lembaga pendidikan, lembaga adat, lembaga keagamaan, serta pemerintah daerah setempat di Tanah Papua memiliki tanggung jawab masing- masing dan kolektif untuk menggugah dan menumbuhkan kembali kesadaran serta rasa memikiki warisan budaya leluhur tersebut di kalangan generasi muda.

Dalam konteks peran sastra daerah Papua, tentunya diperlukan suatu pendekatan yang disesuaikan dengan situasi zaman di mana genrasi muda Papua sudah lebih banyak mengakses informasi dan ilmu melalui teknologi di dunia maya atau melalui internet. Media tersebut menyediakan banyak platform yang memungkinkan penggunanya untuk mencari, mendapatkan, serta mempelajari informasi maupun ilmu dengan cepat namun tetap terjaga kualitas serta keabsahannya.

Penyebaran informasi dan ilmu melalui pengalaman visual maupun audio di dunia maya maupun melalui media elektronik, generasi muda Papua cenderung lebih disukai generasi muda saat ini karena sifatnya yang mudah diakses dan bisa dibaca serta dipelajari kapan dan di mana saja.

Pada dasarnya karya- karya sastra daerah Papua yang sangat bernilai tinggi serta berisikan nilai- nilai luhur pengajaran tentang kehidupan, kebijaksanaan berpikir, keberanian, dan persaudaraan memiliki posisi serta peran yang sangat strategis dalam perikehidupan suku- suku bangsa di Papua.

Kebanggaan kesukuan sedikit banyak direpresentasikan melalui penghayatan warisan budaya nenek moyang yang terus dilestarikan sebagai bentuk perwujudan hak dan tanggung jawab sosial setiap individu kepada orang- orang di sekitarnya.

Hak dan tanggung jawab tersebut dapat terbentuk dan terpatri secara mendalam di diri setiap individu ketika ada proses pengajaran dan percontohan yang terus menerus dan berkesinambungan oleh generasi yang lebih tua.

Proses transfer ilmu yang dapat disebut sebagai pendidikan formal, informal dan non formal tentunya akan berhasil ketika setiap elemen di dalamnya memainkan peran dengan maksimal dan berkesinambungan demi mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. (Syaadah, 2022).

Baca Juga :   Ramadhan, Waktu Kerja ASN Muslim di Manokwari Dikurangi

Ketika perpaduan proses pendidikan formal dengan proses pendidikan informal terjadi secara alami dan saling melengkapi satu sama lain, maka generasi muda Papua tidak hanya akan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan keahlian namun juga siap bersaing dengan kualifikasi dan jatidiri yang bangga sebagai pewaris budaya Papua.

Dengan kualifikasi pendidikan formal dan informal yang baik maka generasi muda Papua akan semakin siap terlibat dalam pembangunan baik sebagai pesaing namun juga pemimpin yang akan menentukan arah pembangunaan di Tanah Papua secara khusus dan di Indonesia secara umum.

III. Kesimpulan

Tanah Papua dikenal bukan hanya karena kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah dan beragama, namun juga karena kekayaan dan keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang bersumber dari banyaknya suku- suku bangsa yang mendiaminya.

Masing- masing suku bangsa memiliki keunikan dan identitas yang menunjukkan eksistensi serta kemampuan bertahan hidup orang- orang yang ada di dalamnya.

Salah satu warisan budaya yang semakin mengalami ancaman kepunahan adalah sastra secara khusus sastra daerah yang juga dikenal sebagai sastra lisan. Sastra lisan diwariskan secara turun temurun oleh suku- suku bangsa dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya melalui proses yang panjang dan pastinya menghadapi banyak tantangan seiring kemajuan zaman.

Pewarisan ini menjadi penting karena merupakan bagian dari kearifan lokal orang- orang dalam suku- suku bangsa yang ada di Papua. Dengan mewarisi sastra daerah, baik secara informal dalam relasi dan ritual keluarga dan adat dikombinasikan dengan penguasaan pendidikan formal yang baik dan berkualitas maka generasi muda Papua akan memiliki kepercayaan diri dan kebanggaan identitas budayanya dalam terjun dan bersaing di era global serta menjadi tuan rumah dan pemimpin di negeri sendiri. Sekian.

Daftar Bacaan

Sumarjo, Y dan Saini K. M. (1986). Apresiasi kesusastraan. Gramedia.

Deda, A. J., & Mofu, S. S. (2014). Masyarakat hukum adat dan hak ulayat di Provinsi Papua Barat sebagai orang asli Papua ditinjau dari sisi adat dan budaya: Sebuah kajian etnografi kekinian. Jurnal Administrasi Publik, 11(2).

Danandjaja, J. (1984 ). Folklor Indonesia: ilmu gosip, dongeng dan lain-lain. Grafiti Pers.

Endraswara, S. (2013). Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Ombak.

Normawati, Suharyanto, Sanjoko, Y, dan Sianipar J. (2007). Profil Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan Papua. Balai Bahasa Papua.

Syaadah, R, Hadi Al Asy Ary M., Silitonga N, dan Rangkuty, S. F. (2022). Pendidilkan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian kepada Masyarakat. 2 (2). (*)

Pos terkait