WASIOR – Guru SMPN Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Frengki Semboari mengalami intimidasi bahkan nyaris dipukul oleh salah satu oknum orang tua dari anak didiknya sendiri.
Frengki yang pada saat itu sedang menemani sang isteri berbelanja di pasar sore di Wasior, Senin sore (4/11), tiba-tiba saja dibentak dan dimarahi dengan kata-kata yang tidak sopan oleh oknum orang tua siswa yang diketahui berinisial YM. Dia sempat didorong-dorong lantas mau dihajar dengan pukulan.
Perlakuan tidak menyenangkan itu dilakukan YM di depan pasar sehingga disaksikan banyak orang. Penyebabnya, sang ortu tidak terima dengan hukuman yang diberikan Frengki kepada puterinya saat di sekolah.
“Saya didorong dan mau dipukul. Saya merasa tidak dihargai sama sekali. Ko datang cari saya marah-marah di kerumunan orang banyak. Saya merasa harga diri saya tidak ada sama sekali, “ ucap Frengki ditemui di SMPN Wasior, Selasa siang.
Frengki yang juga sebagai wali kelas mengakui dia memang memberikan hukuman disiplin kepada puteri YM bersama dengan 500 lebih siswa SMPN Wasior lainnya karena para siswa tidak tertib saat mengikuti upacara bendera pada Senin pagi. Hukuman yang berikan berupa satu kali pukulan ringan di bagian pantat menggunakan kayu.
“Pukulan biasa saja. Satu pukulan dan semua kena karena tidak tertib dalam upacara. Baca Pancasila saja dong berteriak semua. Petugas upacaranya bagus tapi peserta upacaranya tidak bagus jadi kita berikan hukuman disiplin yang menurut kami itu bagian dari didikan tidak untuk menyiksa mereka, “ jelas Frengki.
Atas perlakuan tidak menyenangkan itu, Frengki sempat berniat menarik diri dari SMPN Wasior dan ingin pulang ke kampung halamannya di Serui, Papua. Namun, niat itu dia urungkan karena tidak ingin para siswa jadi korban.
“Sebenarnya saya tidak mau sekolah hari ini. Saya merasa harga diri guru itu diinjak-injak. APalagi ini sudah kali ketiga untuk saya. Seharusnya ini masalah di sekolah jadi diselesaikan baik-baik di sekolah, “ucap mantan
Ketua Panwaslu Wondama ini.
Pihak SMPN Wasior menyesalkan tindakan intimidatif yang dilakukan oknum orang tua siswa itu. Hal itu dikuatirkan akan mendatangkan rasa tidak nyaman dan tidak aman bagi guru-guru saat bertugas.
“Seharusnya kalau tidak puas orang tua datang ke sekolah untuk kita selesaikan. Jadi kita sesalkan kenapa pakai cara-cara seperti itu, “ ujar Y. Rumadas, Plt Kepala SMPN Wasior.
Rencananya pihak sekolah akan mengundang semua orang tua murid untuk membahas bersama kejadian tersebut. Termasuk merumuskan langkah apa yang diambil agar kejadian serupa tidak terjadi lagi ke depan.
“Tadi pagi kita sudah panggil anaknya dan kasihan dia juga tertekan karena teman-temannya itu marah semua sama dia. Mereka marah karena semua dapat hukum yang sama tetapi kenapa dia punya orang tua marah sampai mau pukul guru lagi. Untuk pertemuan dengan orang tua kita rencanakan Kamis, “ lanjut Rumadas.
Frengki sendiri berharap Pemkab Teluk Wondama dan Dinas Pendidikan tidak tinggal diam. Harus ada langkah konkrit yang diambil untuk memberi rasa aman bagi guru dalam bertugas. Pasalnya, kejadian yang dia alami bukan kali pertama.
Dia sendiri Sebelumnya sudah dua kali mengalami peristiwa kekerasan serupa dari orang tua siswa. Beberapa waktu lalu, seorang guru di SMPN Rasiei juga mengalami tindak kekerasan yang dilakukan siswanya sendiri.
“Harapan saya Pemda perlu ambil langkah untuk berikan jaminan kepastian bagi guru dalam menjalankan tugas sebagai pendidik supaya jelas sampai di mana guru bertindak berikan sangsi. Sangsi itu seperti apa.
Kita pukul di pantat saja orang tua tidak terima. Jadi perlu ada Perda dan Perbup supaya guru punya jaminan ketika memberikan sangsi. Sehingga guru ketika datang di Wondama itu dia tahu batasan mana sesuai kondisi di daerah ini, “ ujar Frengki. (Nday)