WASIOR – Masyarakat Kampung Menarbu Distrik Roon, Teluk Wondama, Selasa, 17 Maret 2020 menggelar prosesi pembukaan Sasi Laut. Sebelumnya masyarakat pesisir Taman Nasional Teluk Cenderawasih itu telah melakukan Sasi dengan menutup kawasan laut seluas 1.194 hektar selama 2 tahun. Dalam kurun waktu itu baik masyarakat setempat juga pihak lainnya dilarang mengambil segala jenis biota laut yang hidup di kawasan laut setempat.
Prosesi pembukaaan Sasi yang dihadiri Bupati Teluk Wondama Bernadus Imburi, Kepala Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih Ben Saroy, Sekda Denny Simbar serta sejumlah pimpinan OPD diawali dengan doa syukur bersama di gereja setempat.
Selanjutnya dilakukan prosesi pengambilan hasil laut pada lokasi yang telah ditentukan. Lima anak muda kemudian menyelam pada kedalaman sekitar 1 hingga 2 meter. Selang beberapa saat mereka muncul ke permukaan dengan membawa hasil tangkapan masing-masing.
Yang pertama membawa seekor lobster berukuran jumbo yang lantas diserahkan kepada Bupati. Pemuda kedua menangkap seekor cumi-cumi berukuran raksasa yang diserahkan kepada Ketua Klasis GKI Wondama Pendeta Rosalie Wamafma.
Berikutnya ada seekor teripang dengan ukuran panjang sekitar 30 cm dan menyusul seekor ikan kerapu (goropa) berukuran besar yang ditarik langsung oleh Bupati.
Hasil laut yang melimpah itu membuktikan Sasi Laut tidak sekedar untuk meningkatkan populasi ikan maupun biota laut lainnya tetapi juga memastikan ekosistem bawah laut terjaga dengan baik.
“Tempat ini ditutup selama 2 tahun dan sekarang kita buka. Kita sudah lihat hasilnya jadi tinggal bagaimana kita mencari (mengambil hasil) dengan cara-cara yang baik dan bijak. Jangan pakai akar tuba karena nanti yang lain-lain juga mati semua. Kita kelola semua ini dengan cara-cara yang baik, bijak dan berkelanjutan, “ pesan Imburi.
Bupati berharap tradisi Sasi bisa diterapkan secara luas terutama untuk kampung-kampung di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
“Saya harap Sasi ini dipakai terus jangan hanya di Menarbu saja tapi di kampung lain juga. Kita kelola laut ini dengan bijak dan berkelanjutan supaya anak cucu kita juga bisa menikmati sumber daya alam ini, “ pesan orang nomor satu Wondama ini.
Yohanes Ayamiseba selaku Ketua Pengelola Sasi menjelaskan Sasi Laut di Menarbu mulai diberlakukan pada 12 Maret 2018. Warga dengan didukung pihak 0gereja dan komunitas adat setempat bersepakat menutup kawasan laut seluas 1.194 hektar dari segala bentuk aktivitas pengambilan hasil laut.
“Kami punya kesadaran untuk menjaga konservasi, “ kata Yohanes. Dia mengatakan meski Sasi sudah dicabut, tidak semua kawasan laut akan dibuka seluruhnya. Ada kawasan-kawasan tertentu yang tetap ditutup untuk kepentingan masyarakat Menarbu sendiri.
“Karena itu akan jadi buku tabungan untuk Kampung Menarbu ke depan, “ ucap Yohanes. Demikian pula dengan hasil lautnya. Menurut Yohanes, tidak semua biota laut bisa diambil dengan bebas. Ada sejumlah biota laut yang tetap dilarang untuk diambil.
“Kami tidak pakai kompresor, potasium, akar tuba dan bom. Itu kami tidak pakai. Ada biota-biota yang kami lindungi. Yang masyarakat berhak bawa adalah ikan, lobster dan teripang. Sedangkan yang kami lindungi adalah penyu, dugong atau duyung, bia kiman dan beberapa lainnya, “ sebut Yohanes lagi.
Kepala Balai Besar TNTC Ben Saroy mengatakan, pihaknya akan mendorong agar Sasi sebagai bentuk konservasi lokal bisa dilakukan di seluruh kawasan TNTC termasuk di Kabupaten Nabire.
“Kita berharap dengan adanya Sasi ini masyarakat bisa lebih mudah membangun kehidupannya karena mereka membatasi pengambilan SDA dan mereka akan membuka pada saat tertentu seperti ini, “ kata Saroy.
Berdasarkan informasi dari pengelolah, pada hari pertama pembukaan Sasi di Menarbu sebanyak ratusan kilo ikan telah terjual dengan jumlah pendapatan mencapai Rp30 juta.
Selanjutnya penjualan ikan dan biota laut lainnya dilakukan dengan sistim pesan antar. Adapun Pembukaan Sasi dijadwalkan berlangsung selama 2 bulan untuk kemudian ditutup kembali. (Nday)