WASIOR – Atraksi mengolah sagu atau yang biasa dikenal dengan tokok sagu menjadi salah satu sajian yang ditampilkan pada hari kedua Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) Kabupaten Teluk Wondama tahun 2022, Selasa (29/11).
Bersamaan dengan itu juga ditampilkan tradisi membuat makanan tradisional Wondama dengan bahan utama Buah Hitam atau dalam bahasa lokal disebut Piarawi.
Diketahui, sagu merupakan makanan khas orang asli Papua termasuk di Wondama. Adapun Buah Hitam (haplolobus cf. monticola husson) merupakan salah satu tanaman endemik di Papua khususnya di Teluk Wondama.
Dalam kesempatan itu ditampilkan bagaimana cara pengolahan sagu sejak dari masih berupa batang pohon sagu kemudian dibelah dan selanjutnya ditokok – dicacah menggunakan alat khusus dari kayu (amau) untuk memisahkan isi dalamnya dari kulit.
Isi batang sagu yang telah ditokok – dalam bahasa lokal disebut ‘ela’ selanjutnya dicampur dengan air untuk kemudian diperas-peras atau diramas hingga menggeluarkan sari patih yang nantinya akan menjadi tepung sagu.
Kegiatan memeras atau meramas ela dilakukan pada wadah khusus dari pelepah daun sagu yang telah dirancang sedemikan rupa yang menyerupai saluran pembuangan.
Tujuannya agar air dari perasan serbuk sagu bisa terpisah dari sari patih sagu yang nantinya menjadi tepung sagu.
Proses menokok hingga memeras atau meramas sagu biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Sementara kaum laki-laki bertugas menyiapkan wadahnya hingga mengangkut tepung sagu yang sudah jadi.
Atraksi tokok sagu itu diperagakan langsung oleh sekelompok masyarakat asli Wondama dalam suasana yang diseting menyerupai kondisi di alam atau di dusun. Hal itu sesuai dengan jargon PKD tahun 2022 yaitu ‘mendama tanda seri’ yang berarti mari kembali ke dusun.
Atraksi tokok sagu menjadi salah satu suguhan yang banyak mendapatkan perhatian dari pengunjung. Para pengunjung juga dipersilahkan mencoba melakukan tokok sagu atau memeras sagu.
“Ternyata tidak mudah juga tokok sagu ini. Tapi bagus juga karena kita bisa melihat langsung cara orang Papua buat sagu, “kata Tia Mamuly, salah seorang pengunjung yang berkesempatan mencoba tokok sagu.
Demikian halnya pengolahan makanan lokal dari Buah Hitam atau Piarawi. Mula-mula daging dbuah Piarawi dipisahkan dari bijinya kemudian diremas-remas hingga membentuk adonan.
Selanjutnya ditambahkan dengan tepung sagu. Sebagai pemanis bisa ditambahkan gula pasir atau pemanis lainnya.
Campuran daging buah hitam dan tepung sagu kemudian dibungkus dengan daun nipah dan selanjutnya dipanaskan di api hingga matang dan siap disantap.
Buah Hitam juga bisa dimakan langsung. Dagingnya yang mengandung banyak lemak layaknya alpukat dipercaya memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan tubuh.
“Kalau makan ini kita kuat, daya tahan tubuh bagus, “ kata A. Rumadas, warga asli Teluk Wondama.
Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor pada acara pembukaan berharap Pekan Kebudayaan Daerah bisa menjadi sarana untuk mengangkat kembali budaya maupun tradisi asli orang Wondama yang sudah terkikis atau sudah mulai hilang.
Menurut bupati beberapa tradisi maupun kearifan lokal orang Wondama sudah mulai hilang bahkan punah karena tergilas perkembangan jaman maupun akibat pergeseran budaya.
“Karena budaya adalah jati diri kita sehingga perlu kita lestarikan. Saya berharap lewat PKD ini nilai-nilai budaya yang ada boleh dikembalikan. Dikemas dengan baik sehingga bsia dikembalikan sehingga generasi kita bisa tahu, “ pesan orang nomor satu Wondama itu. (Nday)