WASIOR – Para guru bersama siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tandia di Distrik Rasiei, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat melakukan aksi mogok dengan memalang pintu masuk ke sekolah tersebut, Senin.
Aksi itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan atas tidak jelasnya manajemen pengelolaan sekolah. Para siswa kesal karena sudah tahun terakhir mereka tidak menerima laporan pendidikan.
Robert Julian Sawaki, salah seorang guru PNS mengungkapkan, selama ini penentuan naik tidaknya siswa cenderung hanya berdasarkan pada keputusan kepala sekolah dan bukan berdasarkan pada capaian nilai yang diperoleh siswa. Hal ini yang menurutnya tidak sehat untuk perkembangan akademis para siswa.
“Kepala sekolah hanya telepon sampaikan naik kelas semua. Kita kasi naik siswa tidak tahu nilai berapa tapi naik kelas saja. Rapor tidak pernah dibagikan ke siswa-siswa, kami guru hanya bertugas mengajar saja, “ kata tutup Sawaki.
Sementara para guru protes lantaran penginputan data pokok pendidikan (dapodik) terus bermasalah dan tak kunjung terselesaikan. Alhasil 26 guru PNS dan 6 guru honorer di sekolah tersebut belum bisa mendapat sertifikasi guru.
“Kami palang sekolah agar segera kepala sekolah itu harus di ganti. Kurang lebih dua tahun ini kepala sekolah tidak melakukan tugas sebagai kepala sekolah definitif di SMK Tandia, “ tandas Robert Julian Sawaki, salah seorang guru PNS.
Kondisi tersebut, kata Sawaki membuat para guru merasa tidak betah dalam melaksanakan tugas karena nasibnya mereka menjadi tidak jelas. Demikian halnya para siswa merasa tidak nyaman sebab tidak bisa mengukur sejauh mana capaian pendidikan mereka.
Karena itu mewakili para guru lainnya, Sawaki mendesak Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat segera mengevaluasi kinerja kepala sekolah. Dia menyebut aksi boikot dengan memalang sekolah merupakan cara yang terpaksa dilakukan agar instansi terkait bisa memperhatikan nasib SMK Tandia.
“Kami para guru juga sudah sampaikan ini ke kepala sekolah dan sudah datangi Dinas Pendidikan terkait Dapodik yang bermasalah ini namun hingga saat ini belum ada tanggapan dari dinas,” pungkas Sawaki.
Hingga berita ini diturunkan, sang kepala sekolah belum bisa dihubungi untuk dimintai klarifikasi terkait aksi tersebut. (Nday)