WASIOR – Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Daerah Wondama Adrian Worengga menyerukan semua pihak agar menjaga dan menghormati hak-hak masyarakat adat sebagai entitas yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
Worengga juga menekankan pentingnya saling menghormati antar sesama komunitas masyarakat adat di Kabupaten Teluk Wondama sehingga bisa tercipta kehidupan yang rukun dan harmonis.
Hal itu disampaikan pada syukuran peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia, Rabu (9/8/2023) di Sekretariat DAP Daerah Wondama di Wondiboi.
Kegiatan itu dihadiri Wakil Bupati Andarias Kayukatuy, perwakilan dari gereja juga perwakilan dari paguyuban suku Papua dan Nusantara di Kabupaten Teluk Wondama.
“Saya mengajak seluruh suku-suku se-Nusantara yang ada di Kabupaten Teluk Wondama. Mari kita saling menjaga dan menghormati. Mari kita bersatu bergandengan tangan bahu membahu membangun negeri ini, “kata Worengga.
Worengga juga mengajak seluruh komunitas suku di Teluk Wondama untuk ikut menyukseskan tiga agenda besar yang akan dilaksanakan di kabupaten berjuluk Tanah Peradaban Orang Papua itu.
Yakni Pemilu Serentak 2024, peringatan satu abad lahirnya peradaban baru orang Papua pada 2025 dan sidang sinode GKI di Tanah Papua ke-19 pada 2027.
“Agar tiga momen itu kita sama-sama menjalin hubungan yang baik antara adat, agama dan pemerintah untuk bisa menyukseskan dengan menjalin persatuan dan kebersamaan untuk membuat Wondama tetap aman damai dan rukun, “lanjut Worengga.
Wakil Bupati Andarias Kayukatuy dalam kesempatan itu mendorong masyarakat adat terutama para pemuda agar proaktif membantu pemerintah daerah menopang pembangunan melalui karya nyata.
Juga lewat ide dan gagasan yang baik dan penting untuk percepatan kemajuan daerah.
“Jangan merasa, kita ini masyarakat adat tidak dipakai, tidak diperlukan atau tidak difungsikan. Tapi berbenahlah. Jangan tinggal saja, proaktif untuk membantu pemerintah untuk memberikan masukan-masukan dalam rangka pembangunan di daerah kita ini, “pesan Andi, sapaan karib orang nomor dua Pemkab Wondama.
Sementara itu, Pendeta Rosalie Wamafma mewakili komunitas gereja menekankan agar keberagaman suku, agama, Bahasa dan lainnya tidak menjadi penghalang dalam membangun kebersamaan di Kabupaten Teluk Wondama.
“Hendaknya perbedaan-perbedaan ini menjadi kekayaan bersama. Kemajemukan yang ada hendaknya menjadi kekuatan, menjadi potensi untuk membangun Kabupaten Teluk Wondama, “pesan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Teluk Wondama itu. (Nday)