Tanamkan Rasa Cinta Budaya, Mambor Minta Anak-anak Dikenalkan Cerita Lokal Wondama

WASIOR – Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor menekankan pentingnya pengenalan terhadap budaya dan tradisi asli Wondama sejak usia dini. Dengan demikian akan terbentuk generasi yang cinta terhadap kebudayaan daerah.

Harapan itu disampaikan Mambor sewaktu membuka Lomba Cerita Anak yang digelar Dinas Perpustakaan dan Arsip di kantor Perpustakaan Daerah di Manggurai, Wasior, Jumat (11/5/2021).

Bupati berharap Lomba Cerita Anak yang rutin digelar Dinas Perpustakaan dan Arsip bisa menjadi salah satu sarana untuk mengenalkan sekaligus menanamkan rasa cinta anak-anak terhadap budaya dan kearifan lokal asli Wondama.

“Di sini (Wasior) ada banyak cerita lokal yang bisa digali sehingga bisa menjadi kekayaan budaya orang Wondama. Menanamkan cinta budaya bagi generasi muda itu sangat penting. Mereka boleh belajar budaya nasional tapi juga wajib mengetahui budaya (asli) Wondama, “ujar Mambor.

Baca Juga :   Puluhan Tahun Tinggal di Gubuk Sederhana, Janda Lansia dari Manopi Dapat Kado Natal Rumah Tipe 45 dari Pemkab Wondama

Di sisi lain, bupati juga berharap Lomba Cerita Anak bisa memotivasi anak-anak Wondama untuk semakin gemar membaca.

“Membaca dongeng, cerita maupun sejenisnya akan menimbulkan daya tarik bagi anak-anak sehingga sedikit demi sedikit akan menanamkan kebiasaan membaca sejak dini,”lanjut Mambor dalam sambutannya.

Lomba Cerita Anak tahun 2021 mengambil tema ‘Membangun Generasi Muda Indonesia Gemar Membaca serta Menumbuhkan Karakter Bangsa Melalui Kecintaan Terhadap Budaya Lokal’. Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkembangkan budaya baca di kalangan anak-anak.

Menurut Pjs Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Teluk Wondama Yenny Winata, ada tiga kategori masyarakat yang perlu mendapatkan dukungan dalam rangka terciptanya budaya gemar membaca.

Pertama untuk sekolah dasar atau madrasah. Anak-anak pada tingkatan ini diarahkan untuk membaca cerita rakyat Wondama kemudian menceritakannya kembali.

Baca Juga :   Auri-Auparay Daftar ke KPU pada 4 September, Massa Pendukung Siapkan Penyambutan

Kedua, tingkat remaja dilakukan melalui penyediaan buku atau bahan pustaka serta melalui pelatihan-pelatihan. Dan ketiga untuk masyarakat umum melalui pelatihan keterampilan atau kerajinan sesuai ketersediaan bahan pustaka dan bahan lokal melalui program inklusi sosial.

“Di era digital dan juga pandemi Covid-19 ini program pembinaan perpustakaan mengalami stagnan dan kemunduran disebabkan, satu, masyarakat kecanduan menggunakan telepon seluler dan kedua, terbatasnya dana pembinaan.

Karena itu program pembinaan perpustakaan perlu mendapat perhatian serius karena merupakan urusan wajib walaupun bukan pelayanan dasar, “kata Yenny mewakili Kadin Perpustakaan Maria Kamerop. (Nday)

Pos terkait