WASIOR – Bupati Teluk Wondama, Papua Barat Hendrik Mambor menargetkan situs religi Aitumeiri yang berlokasi di Miei, Distrik Wasior bisa ditetapkan pemerintah menjadi kawasan cagar budaya.
Revitalisasi atau pembangunan kembali kawasan Situs Aitumeiri yang dimulai pada Sabtu (4/10) menjadi langkah awal untuk mewujudkan Aitumeiri yang dikenal sebagai Situs Peradaban Orang Papua itu sebagai kawasan cagar budaya (KCB).
“Yang pertama kita dorong ini (Aitumieri) menjadi situs sejarah, menjadi cagar budaya yang tercatat di negara ini sebagai situs sejarah Peradaban Orang Papua, “kata Mambor di sela-sela ibadah syukur dimulainya revitalisasi Situs Aitumeiri.
Adapun revitalisasi Situs Aitumeiri dimulai dengan membangun kembali kawasan Batu Peradaban yang merupakan salah satu bagian zona inti dari kawasan situs religi Aitumeiri.
Proses revitalisasi itu melibatkan tim pakar yang berisikan para ahli sejarah, budayawan juga antropologi.
Menurut bupati keterlibatan para ahli itu diperlukan agar situs Aitumeiri yang menjadi saksi sejarah pendidikan perdana di Tanah Papua bisa ditata ulang sesuai dengan kondisi aslinya.
“Jadi itu sementara diurus. Minggu depan ada tiga orang ahli akan datang. Ada ahli sejarah juga antropolog, ini untuk menjaga keasliannya sehingga bisa tercatat menjadi kawasan cagar budaya di tingkat nasional, “ungkap Mambor.
Dalam kesempatan itu Mambor kembali menegaskan pentingnya penataan kembali Situs Aitumeiri yang memiliki peranan penting dalam sejarah peradaban orang Papua.
Menurut Mambor, semua orang Papua memiliki tanggung jawab moril untuk menjaga kelestarian situs bersejarah itu.
“Yang penting sekarang adalah bagaimana komitmen kita bersama untuk membangun kembali situs sejarah yang penting bagi orang Papua secara menyeluruh dan kita semua yang ada saat ini, “pesan orang nomor satu Pemkab Wondama itu.
Sejarah mencatat, pada 25 Oktober 1925 di Aitumeiri, tepatnya di Bukit Aitumeiri, dibuka sekolah formal pertama untuk mendidik orang asli Papua mengenal tulis baca dan berhitung. Juga berbagai macam pengetahuan lainnya.
Pendirinya adalah Pendeta I.S Kijne, seorang misionaris asal Belanda yang diutus dalam misi pewartaan agama Kristen di Tanah Papua.
Sekolah yang didirikan Kijne di Bukit Aitumeiri kemudian berkembang menjadi pusat pendidikan bagi orang asli Papua pada masa itu.
Kehadiran sekolah di Aitumeiri itulah yang dipercaya menjadi cikal bakal lahirnya peradaban baru orang Papua.
Ketua Klasis Gereja Kristen Injili (GKI) Wondama Pendeta Antipas Paririe juga mengajak semua pihak di Tanah Papua ikut berperan serta mendukung penataan kembali situs religi bersejarah Aitumeiri.
Dia meyakini Aitumeiri sudah menjadi sumber berkat bagi Tanah Papua juga bagi siapa saja yang datang berkunjung.
“Mari kita sebagai (masyarakat) adat, pemerintah juga sebagai gereja, mari kita bergandengan tangan bersatu padu mengawal pekerjaan ini sampai selesai. Hanya satu (tujuannya) nama Tuhan lah yang dipermuliakan, “kata Paririe.
Untuk diketahui, anggaran pembangunan kembali Situs Batu Peradaban di Aitumeiri bersumber dari APBD Teluk Wondama Tahun Anggaran 2023 sebesar 4 miliar.
Selain bupati bersama Ketua Klasis GKI Wondama, turut melakukan peletakkan batu pertama pembangunan kembali situs Batu Peradaban Wakil Bupati Andarias Kayukatuy dan Wakil Ketua DPRK Selina Akwan.
Juga Ketua Dewan Adat Papua Daerah Wondama Adrian Worengga, Kabag Log Polres Teluk Wondama AKP M.Torey mewakili Kapolres serta perwakilan masyarakat pemilik hak ulayat. (Nday)