Perayaan Satu Abad Peradaban Papua Selesai, Bupati Auri: Saya Percaya Bapak dan Ibu Pulang Membawa Berkat

WASIOR, Kabartimur.com– Perayaan Satu Abad Nubuatan Dominee Izaak Samuel Kijne untuk Tanah Papua di Aitumieri, Miei Kabupaten Teluk Wondama sejak 22 Oktober 2025 resmi ditutup  Bupati Teluk Wondama Elysa Auri, Minggu (26/10) malam.

Bupati Elysa Auri meyakini setiap warga yang datang mengikuti perayaan mengenang 100 Tahun Peradaban Orang Papua itu akan pulang dengan sukacita serta mendapat berkat dari Tuhan.

“Saya percaya bapak dan ibu sekalian akan kembali ke tempat tinggal dan rumah bapak ibu sekalian akan ada berkat yang dibawa pulang dari tempat ini, “kata Auri.

Perayaan Satu Abad dihadiri lebih kurang 15 ribu orang yang datang dari berbagai wilayah di Tanah Papua.

Selain ibadah syukur meriah yang dipimpin Ketua Sinode GKI di Tanah Papua Pendeta Andrikus Mofu, warga yang datang juga berkesempatan melihat secara dekat barang-barang peninggalan Pendeta I.S Kijne selama 25 tahun berkarya mewartakan Injil serta mendirikan sekolah pertama untuk mendidik orang asli Papua di Teluk Wondama sejak 1925.

Baca Juga :   PEDA KTNA di Bintuni, Wondama Siapkan Hotong dan Jus Buah Bobo Jadi Produk Unggulan

Mereka tampak begitu antusias mendatangi jejak-jejak Kijne di Bukit Aitumeiri seperti Batu Peradaban, tempat Kijne dahulu biasa duduk dan berdiri untuk mengajar anak-anak Papua.

Juga bekas rumah Kijne serta asrama yang dahulu menampung para siswa dari berbagai wilayah Papua yang datang bersekolah di Aitumeiri.

Tidak ketinggalan Bukit Inspirasi di mana terdapat sebuah batu besar yang dahulu menjadi tempat Kijne biasa berdoa dan bermeditasi yang dikenal dengan nama Batu Inspirasi.

Untuk menuju Batu Inspirasi, warga harus menapaki lebih kurang 900 anak tangga dengan medan menanjak dan sempit.

 

Yelim Payai, warga asal Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua mengaku sangat senang dan bersyukur bisa menghadiri Perayaan Satu Abad Nubuatan I.S Kijne.

Payai bersama ratusan warga jemaat asal Klasis Yapen menjadikan perayaan Satu Abad sebagai napak tilas untuk mengenang para orang tua mereka yang dahulu pernah bersekolah di Aitumeiri, Miei.

Baca Juga :   Debat Publik Pilkada : HEMAT Target RSUD Wondama Jadi Tipe C, Siapkan Insentif Khusus bagi Nakes Daerah Terpencil

“Kami datang ke sini untuk mengenang orang tua kami yang menandai dibukanya sekolah pertama di Miei pada 1925.

Dan kami berterima kasih kepada orang Wondama yang telah memberi makan dan telah memberi kehidupan bagi orang tua kami sehingga mereka telah mengenal sebuah peradaban dan itulah yang diturunkan kepada kami, “kata Payai.

Bupati Elysa Auri menambahkan, Pemerintah Daerah bersama seluruh masyarakat bersama gereja di Kabupaten Teluk Wondama memiliki kewajiban untuk terus menjaga semangat peradaban baru.

Api peradaban baru orang Papua yang telah dinyalakan oleh Pendeta I.S Kijne pada 1925 harus  terus menyala dan memancarkan sukacita bagi Tanah Papua juga Indonesia secara umum.

“Kami yang tinggal di sini, kami harus menjaga sukacita ini. Supaya sukacita ini akan memberikan kemulian untuk seluruh orang di Tanah Papua dan di seluruh Indonesia lainnya, “ucap orang nomor satu Wondama. (Nday)

Baca Juga :   Lewat LK-II, HMI Manokwari Diharapkan Menjadi Laboratorium Kader

 

 

Pos terkait