WASIOR – Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama akan menyurati BPH Migas untuk meminta penambahan kuota BBM bersubsidi terutama untuk jenis pertalite.
Kuota BBM bersubsidi untuk Kabupaten Teluk Wondama dilaporkan mengalami pemangkasan sebesar 120 kilo liter pada beberapa tahun lalu.
Alhasil saat ini kuota BBM subsidi yang masuk ke Wondama hanya sebanyak 300 kilo liter perbulan.
“Jadi nanti kita akan bersurat ke BPH Migas untuk paling tidak kembalikan kuota pertalite 120 kiloliter yang dikurangi, “kata Sekda Teluk Wondama Denny Simbar dalam rapat di aula Sasana Karya Kantor Bupati Teluk Wondama di Isei, Jumat (16/9).
Selain itu, Pemkab juga meminta APMS menambah pasokan BBM nonsubsidi seperti pertamax dan dexlite ke Wondama.
Hal itu agar kelompok yang tidak berhak seperti para pengusaha dan orang kaya, perusahaan swasta termasuk kendaraan pelat merah tidak lagi menggunakan BBM subsidi.
Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga stok BBM di Wondama tetap tersedia sehingga tidak menimbulkan kelangkaan menyusul pemberlakuan kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi oleh pemerintah.
Berkaitan dengan itu, Bupati Hendrik Mambor minta Dinas Perindagkop agar menghitung ulang berapa besar kebutuhan BBM yang diperlukan masyarakat Teluk Wondama sehingga bisa diketahui berapa kuota tambahan yang diperlukan.
“Hitung ulang kebutuhan rill kita itu berapa. Apakah dengan mengembalikan 120 Kl (kuota yang dipangkas sebelumnya) itu sudah cukup atau jangan-jangan kita perlu tambah lagi di atas itu, “kata Mambor.
Pihak PT Papua Bumi Kasuari selaku agen SPBU Kompak di Teluk Wondama dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa selain BBM subsidi, mereka juga akan memasok BBM nonsubsidi ke Wondama.
Direktur PT. PBK Fery Auparay mengatakan, pihaknya akan mengupayakan supaya pasokan pertamax dan dexlite dari Manokwari bisa terus masuk ke Wondama.
“Dalam beberapa waktu ke depan, kita akan kirim dexlite 15 Kl dan pertamax 15 Kl, “ terang Auparay yang mengikuti rapat secara virtual.
Seperti diketahui, melalui Surat Edaran Bupati Teluk Wondama telah ditetapkan HET (harga eceran tertinggi) dan HEN (harga eceran nyata) untuk BBM bersubsidi yakni pertalite dan solar.
HET di tingkat agen SPBU Kompak atau APMS tetap sama secara nasional yakni pertalite 10.000 perliter dan solar Rp6.800 perliter.
Sementara HEN dibuat bervariasi sesuai dengan jarak dari pangkalan utama serta karakteristik wilayah masing-masing.
HEN terendah di Distrik Wasior yakni Rp11.500 perliter dan tertinggi di Distrik Rumberpon seharga13.800 perliter dan 9.600 perliter untuk solar. (Nday)