Festival Pulau Roon 2019, Memuliakan Alam dan Keagungan Budaya Teluk Wondama

WASIOR – Festival Pulau Roon (FPR) tahun 2019 di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat resmi dibuka oleh Wakil Bupati Paulus Indubri, Kamis (25/7).

FPR 2019 diharapkan menjadi sarana untuk mengangkat dan memperkenalkan keindahan alam dan keagungan budaya juga tradisi asli Wandama sebagai jembatan menuju kemajuan pariwisata daerah.

“Potensi pariwisata di daerah ini jangan hanya menjadi modal dasar yang diam saja tetapi harus dihitung dan dikelola dengan baik agar bisa memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat Teluk Wondama, “ ujar Indubri dalam sambutan.

Untuk itu dia menegaskan, jajaran Pemkab harus tampil menjadi motor penggerak bangkitnya pariwisata daerah. Caranya dengan menjadi wisatawan lokal yang rutin berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Pulau Roon.

“Kalau ada libur ya jangan libur ke Jakarta saja, bawa uang itu datang ke sini, terutama kepala OPD, supaya tidak usah buang-buang ke sana tapi datang ke sini, “ kata Indubri.

“Saya dan Bupati (Bernadus Imburi) akan memulai datang ke sini. Saya harap kita memulainya, terus datang berkunjung, jangan cari ke Bali, jangan cari ke Jakarta, datang ke sini. Tidak usaha cari jauh-jauh. Nikmati keindahan alam di depan mata ini, “ ucap mantan Sekretaris Dinas Pendidikan Pemprov Papua ini.

Lebih lanjut, Indubri menyatakan aset pariwisata mulai dari budaya, wisata bahari, wisata alam maupun wisata religi menjadi modal sosial yang kuat untuk pembangunan Teluk Wondama di masa datang.

Karena itu dia menekankan aspek penting yang tidak boleh dilupakan adalah mengembangkan karakter masyarakat lokal agar menjadi tuan rumah yang baik bagi para wisatawan.

“Sebuah karakter masyarakat yang diharapkan mampu menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan bahkan menjadi salah satu daya tarik lebih bagi wisatawan, “ kata orang nomor dua Teluk Wondama.

FPR 2019 yang berlangsung 3 hari menyuguhkan pagelaran budaya, atraksi kearifan lokal serta beragam penampilan unik lainnya. Selain tentu saja melihat dan merasakan langsung sejuta pesona alam mulai di darat, pesisir hingga bawah laut di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC).

Termasuk wisata religi berupa Alkitab tua yang telah berusia ratusan tahun, gereja tua peninggalan para zendeling di masa awal penyebaran agama Kristen hingga makam para penginjil.

Adapun atraksi unik yang ditampilkan diantaranya pemanggilan ikan hiu paus secara tradisional, pembuatan perahu adat serta pertunjukkan meniup suling massal oleh masyarakat adat setempat.

FPR 2019 melibatkan seluruh komponen masyarakat dari 7 kampung di Distrik Roon. Masyarakat setempat menyambut antusias hajatan budaya dan wisata yang telah dimulai pada tahun 2018.

“FPR 2019 dihadiri masyarakat dari 7 kampung di distrik Roon. Mereka bangun homestay hanya dengan 5 juta saja dalam waktu 3 minggu. Satu kampung tanggung 2 homestay sebesar 5 juta dari dana desa, “ jelas Julius Runaki selaku ketua panitia. (Nday)

Pos terkait