Batal Diautopsi, Sebab Kematian NT Dalam Tahanan Masih Misterius

Toraja Utara, Kabartimur.com- Sebab kematian Natan, seorang tahanan di dalam sel Mapolsek Rantepao, Toraja Utara sejauh ini masih misterius karena outopsi batal dilakukan. Meski demikian, pihak keluarga mengaku sudah menerima kenyataan kematian pemuda tersebut.

Kepala Lembang Pesondongan kecamatan Sa’dan Yulianto Mari, kepada media inu mengaku telah menerima kenyataan bahwa korban meninggal didalam sel tahanan polsek Rantepao (Alm. Natan) betul-betul meninggal karena bunuh diri, meskipun hasil visum dari pihak rumah sakit belum keluar.

Yulianto mengaku yakin bahwa pihaknya sangat mempercayai aparat kepolisian sehingga tidak mungkin melakukan perlakuan kasar kepada almarhum.

” Kami percaya sepenuhnya kepada pernyataan dari pihak kepolisian bahwa saudara kami Natan itu betul-betul meninggal karena bunuh diri dalam sel, mereka percaya kepada negara atau pihak kepolisian bahwa tidak mungkin menganiaya Natan didalam penjara artinya mereka percaya kepada polisi itu bahwa polisi adalah pelindung pengayom dan pelayan masyarakat tidak mungkin menganiaya Natan dalam sel sehingga meninggal dunia tetapi keluarga percaya bahwa itu betul-betul karena bunuh diri” kata kepala Lembang saat ditemui Wartawan di Polsek Rantepao Senin (3/4).

Oleh sebab itu Yulianto yang juga mengaku sebagai keluarga korban mengklaim bahwa pihak keluarga sudah sepakat untuk tidak lagi melakukan autopsi. Meskipun pada awalnya pihak keluarga kepada media ini merasa bahwa ada banyak kejanggalan dan akan mengajukan proses autopsi namun kemudian niat tersebut dibatalkan.

Salah satu keluarga korban Ernita Sulo kepada wartawan mengatakan bahwa salah satu alasan pihak keluarga mengurungkan niatnya untuk melakukan autopsi karena terkendala biaya Autopsi yang mana setengahnya akan dibebankan kepada pihak keluarga” jadi setelah bapaknya mendengar informasi bahwa biaya Autopsi ini mahal, kemudian dengan tawaran harus membayar setengahnya biaya dari autopsi ini sehingga orang tuanya berubah pikiran” Terang Erni kepada Wartawan.

Baca Juga :   Syukuran HUT 14 Maybrat, Rondonuwu Ajak Warga Bersatu Membuka Diri Untuk Akselerasi Perubahan

Keterangan Erni ini kemudian dibantah oleh kepala lembang Yulianto dan juga oleh pengacara Asarias Tulak yang dipercayai oleh pihak keluarga Alm. Natan untuk membantu kepengurusan untuk proses autopsi Asarias Tulak. Menurut Asarias, pihak kepolisian saat menerima pernyataan pihak keluarga tentang niat untuk melakukan autopsi bukan menawarkan opsi setengah-setengah, melainkan pihak kepolisian menawarkan diri untuk membantu.

Walaupun sama-sama membantah pernyataan yang disampaikan oleh Ernita Sulo, namun pernyataan kepala Lembang berbeda dengan pernyataan Asarias. Menurut Yulianto bahwa pihak kepolisian telah menawarkan tindakan autopsi dengan biaya sepenuhnya ditanggung oleh pihak kepolisian namun pihak keluarga sudah tidak lagi berniat untuk melakukan autopsi.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya bahwa seorang tahanan Polsek Rantepao Alm. Natan (22 THN) dilaporkan meninggal gantung diri didalam sel Tahanan Sabtu dini hari dengan mengunakan selimut, ironisnya pihak keluarga mengaku tidak puas atas kejadian tersebut sebab pada saat kejadian tidak ada satupun dari mereka yang diberikan informasi oleh pihak aparat.

Paman almarhum Rupang saat dikonfirmasi di kamar jenazah rumah sakit Elim Rantepao menyampaikan bahwa dirinya baru mengetahui kalau keponakannya itu sudah meninggal ketika dia datang ke Polsek Rantapo. Kedatangannya ke Polsek Rantepao ketika itu untuk menjenguk Almarhum serta untuk mengetahui secara spesifik tentang alasan penangkapan terhadapnya.

” Sampai di Polsek saya dengan istri saya langsung kaget karena dikasitahu bahwa Natan sudah meninggal dan sudah dibawah ke rumah sakit Elim” Terjaga Ruben sembari menjelaskan kekecewaannya kenapa aparat tidak segera memberikan informasi kepada mereka sesegarah mungkin sementara almarhum sendiri ditangkap oleh polisi dirumah keluarga Rupang ” saya juga heran, kenapa ada selimut didalam sel” Tambahnya lagi.

Baca Juga :   Makin Parah,Jalan Poros Matallo Akhirnya Dilirik Pemerintah, Warga Berharap Agar Penanganan Segera Dilakukan

Sementara itu, Kapolsek Rantapo yang dikonfirmasi melalui apanit 1 Opsnal Reskrim Rantepao, Ipda Akhmad Rony N menjelaskan kepada media alasan kenapa dirinya selama beberapa hari ini belum bisa memberikan respon karena fokus utama mereka sampai hari ini kasih tertuju pada penyusunan laporan terkait peristiwa.

Selanjutnya Roni pun membenarkan bahwa pihak kepolisian terlambat memberikan informasi kepada pihak keluarga tentang kejadian yang menimpah Alm. Natan sebab pada saat menemui tahanan tersebut bunuh diri pihaknya langsung fokus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit.

” Jadi kami langsung menjemput dokter untuk melakukan visum, setelah itu baru kami mengantar jenazah ke rumah sakit” Jelasnya.

Sedangkan untuk penjelasan mengenai adanya luka-luka di tubuh korban, Akhmad mengaku tidak punya kewenangan untuk menjelaskan itu, olehnya Akhmad mengaku telah menawarkan opsi untuk tindakan autopsi terhadap jenazah apabilah pihak keluarga merasa ada yang ganjal.

Pada kesempatan itu, Akhmad juga enggan memberikan penjelasan mengenai posisi almarhum saat ditemukan gantung diri sebab ia mengaku tidak melihat langsung proses penanganan jenazah didalam sel. Akhmad mengaku bahwa sering merasakan hal yang tidak biasa saat dihadapkan dengan mayat.

” Kalau itu saya tidak bisa jawab, karena waktu penanganan saya tidak kedalam, terus terang saya kalau lihat mayat biasa saya mual” Jawab Akhmad ketika ditanya apakah betul yang disampaikan pihak keluarga bahwa sempat diperlihatkan foto yang mana pada saat almarhum ditemukan dalam posisi lutut nyaris sampai di lantai (mirip jongkok).

Adapun mengenai lokasi ditemukannya jenazah almarhum seperti yang sudah diberitakan sebelumnya bahwa Jenazah almarhum ditemukan gantung diri bukan di sel tahanan dimana ia ditempatkan sebelumnya, melainkan di sel lainnya yang saat itu tidak ada tahanan lain dibenarkan oleh Akhmad. Bahwa di Polsek Rantepao sendiri memiliki dua sel, sebelum memasuki dua sel tersebut mesti melalui satu pintu utama, atas keyakinan tersebut, pihak Polsek mengaku bahwa dua sel yang ada di Polsek ini tidak terkunci pada saat itu.

Baca Juga :   Atasi Keterbatasan Wanita Pedesaan dan Disabilitas, Pemerintah Daerah Lakukan Percepatan Digitalisasi

” Jadi kami hanya mengunci pintu utama kedalam, kalau dua sel yang ada di dalam itu tidak kami kunci” Katanya lagi.

Kejadian ini menyita perhatian berbagai pihak, salah satunya dari SAPMA Toraja Utara yang pada saat kejadian langsung turun mengawal kejadian tersebut. Kepada Wartawan ketua SAPMA Toraja Utara Chong menyampaikan bahwa situasi ini perlu menjadi perhatian semua pihak.

Ada beberapa poin yang menjadi perhatian pihak SAPMA diantara sistem pengawasan didalam sel tahanan yang dinilai sangat lemah, bahwa sel tahanan dalam kondisi tidak terkunci, serta adanya selimut di dalam sel.

” Padahal seharusnya hal-hal yang dapat digunakan untuk mencelakai baik mencelakai orang lain maupun diri sendiri seharusnya dijauhkan dari para tahanan” Katanya.

Hal yang sama disampaikan oleh Anggota DPR Provinsi Sulawesi Selatan Jhon Rande Mangontan, bahwa belajar dari kejadian ini perlu adanya perbaikan sistem, dimana untuk menentukan arah perbaikannya perlu adanya pemeriksaan terperinci dalam kasus ini. ” bagaimana almarhum meninggal, dengan cara apa dia bunuh diri, atau apakah ada kemungkinan lain” Katanya.

Mangontan pada kesempatan itu juga memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian dalam kasus ini, sebab menurutnya dari fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan sistem penanganan dan pengawasan terhadap para tahanan.(Red/ST)

Pos terkait