Gilimanuk – Gilimanuk selama ini hanya jadi perlintasan traveler dari Jawa ke Bali. Siapa sangka di sana ada museum yang menyimpan kerangka manusia purba.
Melintas di kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Bali lebih lengkap rasanya jika menyempatkan untuk berkunjung ke Museum Manusia Purba Gilimanuk. Jaraknya cukup dekat, hanya 2 kilometer dari pelabuhan penyeberangan Gilimanuk. Jika berjalan kaki, cukup sekitar 20 menit untuk sampai di lokasi.
Museum manusia purba ini menyimpan benda temuan di situs Gilimanuk. Museum ini khusus menyimpan perkembangan kehidupan manusia purba Gilimanuk pada masa akhir dari peradaban prasejarah, yaitu masa perundagian sekitar 195 Sebelum Masehi (SM) hingga 425 Masehi.
Untuk belajar sambil wisata di museum ini, pengunjung tak dibebankan pembelian tiket, alias gratis! Tapi dari situs seluas 5 hektar tersebut, ribuan koleksi zaman purbakala itu tersimpan rapi. Ketika pengunjung memasuki museum ini seolah merasa kembali masuki ruang waktu pada era zaman batu, wow!
Tampak depan Museum Manusia Purba (Putri Akmal/detikTravel)
Seorang pria paruh baya dengan sigap mendatangi detikTravel saat datang ke sana, Kamis (26/11/2015). Dia adalah I Gede Bagus Ketut Ari Susila, seorang petugas yang diberi kepercayaan sebagai kordinator museum.
Dengan telaten Gede Bagus menjelaskan satu persatu benda koleksi yang berada di Museum Manusia Purba. Di gedung tiga lantai ini, ada 1.033 buah koleksi museum ditampilkan. Di lantai satu, ada 9 fitrin (ruang simpan koleksi) yang ratusan peralatan dari batu, peti mati dan beberapa bongkahan hasil eskavasi.
Namun yang paling menonjol adalah sebuah lemari yang memajang rangka manusia purba. Di atas kain putih, rangka manusia ini disusun, namun sejak ditemukan warga pada tahun 1999 lalu hingga kini belum ada penjelasan khusus mengenai rangka manusia purba tersebut.
“Ini rangka manusia purba ditemukan tidak sengaja oleh masyarakat di kawasan Gilimanuk sini pada tahun 1999 lalu saat akan bangun minimarket, dieksavasi oleh Balai Arkeologi Denpasar tapi hingga kini belum di identifikasi,” jelas Gede Bagus.
Kubur batu manusia purba (Putri Akmal/detikTravel)
Tak berhenti di sana, sebuah tangga kayu mengantar pengunjung menuju ke lantai dua. Di ruangan ini lebih fokus menyimpan peralatan perkembangan peradaban manusia dari segi mata pencaharian. Seperti masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, tingkat lanjut, masa bercocok tanam dan masa perundagian tersimpan terpisah dalam 6 buah fitrin.
Selain rangka manusia dewasa yang dipajang di lantai dasar, di ruangan bercat putih bersih ini mata pengunjung kembali terbelalak dengan sebuah rangka mungil dalam keadaan kaki ditekuk.
Di dalam keterangan tertulis jika rangka manusia ini berjenis kelamin laki-laki yang diperkirakan berumur 5 tahun dengan tinggi badannya tercatat tak lebih dari 100 cm. Menurut Gede Bagus, manusia Gilimanuk merupakan persebaran manusia pra sejarah dari Mongol, hal ini dibuktikan dari hasil laboratorium yang menunjukkan ras Mongoloid.
Kerangka bayi (Putri Akmal/detikTravel)
“Rangka ini pada saat ditemukan dalam kotak eksavasi posisinya dalam keadan kaki ditekuk dan tangan dilipat di depan perut seperti bayi dalam kandungan,” jelasnya.
Puas menjelajah koleksi museum di lantai dua, mulailah pengunjung dipertontonkan peralatan bekal kubur peradaban manusia purba Gilimanuk. Di lantai tiga ini ada 4 fitrin yang menyimpan peralatan dari perunggu, besi, kayu dan manik-manik. Beberapa benda purbakala yang dipajang banyak yang kondisinya telah patah dan rapuh. Hal itu dikarenakan hasil temuan eskavasi tersebut dikategorikan bekal kubur lantaran ditemukannya berdekatan dengan rangka manusia purba.
“Seperti manik ini, penggunaannya untuk menhias diri namun saat meninggal maka manik-manik tersebut dibekalkan pada yang meninggal sebagai bekal kubur,” pungkasnya.
Perkakas manusia purba (Putri Akmal/detikTravel)