Jakarta, kabartimur.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja Pasar Modal Indonesia yang solid, berintegritas, dan berdaya tahan sepanjang tahun 2025, meski dihadapkan pada dinamika global berupa ketidakpastian kebijakan moneter, tensi geopolitik, serta tekanan dan sentimen perdagangan pada awal tahun.
Ketahanan pasar tercermin dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pertumbuhan kapitalisasi pasar, peningkatan aktivitas transaksi dan penghimpunan dana, serta lonjakan jumlah investor domestik, khususnya dari kalangan generasi muda.
Hal tersebut disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, dalam sambutan pada acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2025 di Jakarta, Selasa.
Inarno menegaskan, capaian positif tersebut merupakan hasil kolaborasi erat antara OJK, Self-Regulatory Organization (SRO), pelaku industri, dan seluruh pemangku kepentingan pasar modal.
“Pasar Modal Indonesia menunjukkan resiliensi dan daya saing yang semakin menguat. Berbagai tantangan telah menguji ketangguhan kita dalam mendorong pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan dan memperkokoh fondasi pasar modal ke depan. Capaian ini merupakan hasil kerja keras, sinergi, dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan,” ujar Inarno.
Acara tersebut turut dihadiri Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono, jajaran direksi dan komisaris SRO, serta perwakilan pimpinan pelaku industri pasar modal.
Kinerja Pasar Modal 2025
Pada konferensi pers penutupan perdagangan BEI 2025, Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Eddy Manindo Harahap, memaparkan kinerja pasar modal hingga 19 Desember 2025.
IHSG tercatat tumbuh 22,10 persen year to date (ytd) dan ditutup pada level 8.644,26, dengan kapitalisasi pasar menembus Rp15.810 triliun atau meningkat 28,16 persen ytd. Capaian tersebut melampaui target Roadmap Pasar Modal dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dengan rasio kapitalisasi pasar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2024 sebesar 71,41 persen.
Di pasar obligasi, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat 12,10 persen ytd ke level 440,19. Sementara itu, industri pengelolaan investasi mencatat dana kelolaan sebesar Rp1.039 triliun, tumbuh 24,16 persen ytd.
Penghimpunan dana pasar modal mencapai Rp268,14 triliun dari 210 penawaran umum, termasuk 18 emiten saham baru dan dua emiten Efek Beragun Aset Syariah (EBUS), melampaui target Rp220 triliun. Adapun penghimpunan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF) tercatat secara akumulatif sebesar Rp1,808 triliun dari 968 penerbit.
Perdagangan Karbon dan Pertumbuhan Investor
Dari sisi perdagangan karbon, volume transaksi akumulatif sejak 26 September 2023 hingga 29 Desember 2025 mencapai 1,6 juta ton CO₂ ekuivalen dengan nilai Rp80,75 miliar, melibatkan 150 perusahaan, serta ketersediaan unit karbon sebesar 2,67 juta ton CO₂ ekuivalen.
Pertumbuhan investor ritel juga mencatatkan rekor baru. Jumlah Single Investor Identification (SID) bertambah 5,34 juta investor, sehingga total mencapai 20,2 juta SID, dengan 79 persen didominasi generasi berusia di bawah 40 tahun.
Penguatan Integritas dan Regulasi
Sepanjang 2025, OJK telah melakukan 219 pemeriksaan teknis dan 155 pemeriksaan khusus atas dugaan pelanggaran, termasuk 116 kasus terkait transaksi saham. OJK juga menjatuhkan 120 sanksi administratif kasus pelanggaran, 1.180 sanksi keterlambatan laporan, serta 65 sanksi non-kasus, dengan total denda administratif mencapai Rp123,3 miliar.
Dalam aspek regulasi dan transformasi, OJK menerbitkan 10 Peraturan OJK (POJK) dan enam SEOJK/PADK, termasuk POJK tentang Derivatif Keuangan berbasis Efek, Dematerialisasi Efek Ekuitas dan Aset Tidak Diklaim, serta pemeringkatan Reksa Dana dan Manajer Investasi. OJK juga meluncurkan buku Mengenal dan Memahami Perdagangan Karbon bagi Sektor Jasa Keuangan sebagai upaya memperkuat ekosistem ekonomi hijau.
Agenda Strategis 2026
Memasuki 2026, OJK menetapkan empat agenda strategis, yakni pendalaman pasar, peningkatan integritas pasar, penguatan kelembagaan Perusahaan Efek dan Manajer Investasi, serta pengembangan keuangan berkelanjutan melalui perluasan bursa karbon dan roadmap keberlanjutan 2026–2030.
OJK bersama SRO mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus memperkuat sinergi dengan pemerintah, industri, dan masyarakat guna mendukung program strategis nasional serta mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. (Red/Rls)






