Asal Tak Hujan, Jalan Tahota-Izim Segera Diaspal

Manokwari – Keluhan warga soal kondisi jalan Trans Papua Barat di Kampung Mameh Distrik Tahota, tak ada habisnya. Halaman beragam media sosial semisal facebook, IG serta tweeter terus dibanjiri dengan postingan seputar kondisi jalan ini.

Dari rangkuman keterangan beberapa penumpang, kondisi jalan di Kampung Mameh memang rusak parah. Mereka harus berjalan kaki sekira 3-5 kilo meter, apalagi saat turun hujan.

“Paling parah di jalan yang disebut kolam bebek dan kita harus jalan kaki. Syukur kalau mobil melanjutkan perjalanan, kalau tidak kita tunggu kendaraan yang naik dari Manokwari,” ujar Lukman Kaitam, warga Bintuni.
Sebaliknya, warga dari Manokwari ke Bintuni juga mengalami hal yang sama.

Perjalanan yang normalnya hanya 5-7 jam malah bisa menjadi 17 jam. Belum lagi mereka dihadapkan dengan kenyataan ‘ganasnya’ lumpur Tahota.

“Kita berangkat dari Manokwari jam 1 siang dan baru tiba jam 5 subuh besoknya. Tertahan di jalan lumpur tapi akhirnya bisa lewat juga,” papar Neny, warga Bintuni, Selasa (11/6/2019).

Meski demikian tak sedikit warga yang tertahan berjam-jam bahkan harus bermalam akibat menunggu kendaraan. Mereka menyiasati kondisi ini dengan membawa bekal untuk bertahan di perjalanan.

Kepala Satker PJN IV Bintuni, Benyamin Persunay, ST, MT memastikan jalan Trans Papua Barat yang rusak di Kampung Mameh Distrik Tahota, bakal diaspal. Namun jalan yang diaspal diperkirakan tak sampai 5 Km.

“Yang parah itu sekitar 3 Kilo. Bisa diperbaiki, asal cuaca mendukung. Kalau hujan ya tidak bisa,” jelasnya, Selasa (11/6/2019).

Ia menegaskan kondisi jalan yang rusak saat ini coba ditangani alat berat seperti exavator dan doser, sambil menunggu selesainya masa pemeliharaan.
“Setelah pemeliharaan berakhir bulan Juni nanti baru dilanjutkan dengan pengaspalan,” sebutnya.

Namun beratnya medan sudah tentu membutuhkan kerja keras. Sejauh ini rantai salah satu exavator putus dan sedang dalam perbaikan. Pihak PJN pun meminta tambahan alat berat untuk mengatasi kondisi tersebut.

“Kita upayakan datangkan tambahan exavator dan doser. Tetapi mereka beroperasi jika hujan redah,” bebernya lagi.

Beny juga menampik tudingan soal operator yang meminta bayaran dari supir hilux. Menurutnya isu tersebut tidak benar.

“Kalau tidak paham kondisi sebenarnya jangan asal berkoar. Kami sudah ingatkan operator agar tidak meminfa bayaran. Jika memang ada, operatornya akan diganti karrna sudah diingatkan sebelumnya,” tegas dia.

Sebelumnya salah satu supir hilux Bintuni-Manokwari, mengaku pernah membayar operator alat berat. Ini dilakukan bersama sejumlah supir lain saat kendaraan mereka terjebak di genagan lumpur.

“Kami urunan 50-100 ribu untuk membayar agar kendaraan kami ditarik,” singkatnya sembari tak menerangkan apakah urunan ini diminta operator atau tidak. (cmt)

Pos terkait